Setelah Rusdihardjo Bersaksi

Edisi: 40/29 / Tanggal : 2000-12-10 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Budyarso, Edy , Bramantyo, Ardi


ADA yang tak biasa di Istana Negara dalam dua pekan terakhir. Meski telah lepas tengah malam, beberapa kiai Nahdlatul Ulama tampak keluar-masuk ruang kerja Presiden Abdurrahman Wahid. Karena Presiden adalah bekas ketua NU, mestinya kegiatan itu tidak istimewa. Abdurrahman memang dikenal sebagai presiden yang terbuka kepada siapa saja, termasuk para kiai. Tapi yang tak biasa adalah maksud kedatangan kiai-kiai itu. Menurut seorang bekas sekretaris pribadi Presiden, para ulama itu datang untuk memberikan perlindungan spiritual kepada Abdurrahman. "Kadang-kadang pukul satu malam saya masih diminta Gus Dur menjemput atau mengantarkan kiai-kiai itu," kata sumber itu.

Bisa dipahami mengapa Presiden perlu merapatkan barisan spiritualnya dalam beberapa pekan terakhir. Serangan DPR melalui Panitia Khusus Bulog kepada Abdurrahman semakin gencar dari hari ke hari. Panitia yang dibentuk untuk menyelidiki penyalahgunaan dana Yayasan Dana Karyawan (Yanatera) Bulog itu telah lama mencium keterlibatan Abdurrahman dalam skandal ini.

Selasa pekan lalu kecurigaan itu seolah mencapai puncaknya. Di hadapan panitia itu, bekas Kepala Kepolisian RI, Jenderal Rusdihardjo, membeberkan pengakuan penting Abdurrahman yang selama ini tak terendus hidung publik. Intinya, Abdurrahman mengetahui dengan persis kisah pembobolan kas dana Yanatera itu, bahkan menerima sebagian dari Rp 35 miliar uang yang raib.

Menurut Rusdi, suatu hari di bulan Mei lalu, dia dipanggil Presiden ke Istana. Dalam pertemuan empat mata itu Abdurrahman mengaku telah melakukan tindakan yang disadarinya fatal: Presiden telah menyerahkan selembar cek senilai Rp 5 miliar kepada Siti Farika, seorang wanita pengusaha kenalannya. "Saya tidak melihat cek yang mana tapi ternyata yang berasal dari Bulog," kata Abdurrahman seperti dikutip Rusdihardjo.

Keterangan ini keruan saja menyengat telinga anggota Pansus. Soalnya, dalam pengakuannya kepada polisi, Abdurrahman mengaku tidak tahu-menahu soal uang haram tersebut. Siti Farika pun mengatakan bahwa uang itu tidak diperolehnya dari Abdurrahman melainkan hanya transaksi biasa antara dia dan Aris Junaidi, rekan bisnisnya.

Kesaksian Rusdihardjo itu tentu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…