Senopati Berakhir Digulung Badai

Edisi: 46/35 / Tanggal : 2007-01-14 / Halaman : 40 / Rubrik : NAS / Penulis : Kuswardono, Arif A. , Sohirin, Sunudyantoro

LAMPU! Lampu!” tiba-tiba Surahmad berteriak. Kelima belas orang yang terkatung-katung di tengah laut itu mendapatkan kembali semangat hidup. Mereka adalah korban kecelakaan karamnya Kapal Motor Senopati Nusantara di perairan Masalembo, Jawa Timur, 29 Desember lalu. Satu di antara mereka luka parah—sobek kakinya.

Delapan di antara penumpang sekoci itu berasal dari Jawa Tengah. Sisanya dari Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Sudah lima hari mereka mengapung di laut, tanpa makan. Untunglah, arah sekoci mereka ternyata tepat. Ini berkat Mashadi, seorang kuli bangunan asal Rembang, Jawa Tengah, yang pernah dua tahun menjadi nelayan di Tuban, Jawa Timur.

Mashadi juga yang meminta beberapa orang terjun ke laut untuk mendorong perahu karet itu. Dia sendiri bertugas mengarahkan ”layar”. Menurut pria 30 tahun itu, sekitar 10 kilometer di depan mereka terhampar pulau. Surahmad dan tiga penumpang lain langsung mencopot celana, dan hanya bercawat, lalu meloncat ke laut. Ombak setinggi rumah sudah tak mereka hiraukan. Arloji seorang penumpang menunjukkan pukul dua dinihari. ”Ayo, pulaunya wis cedhak,” Mashadi memberikan semangat.

Adalah Mashadi yang mengusulkan agar atap sekoci, yang menjadi pelindung dari hujan dan panas, dirobek menjadi layar. Menurut dia, agar cepat sampai di darat, perahu butuh layar. Usul itu semula ditentang. Baru setelah tiga hari terombang-ambing tak tahu arah, gagasan Mashadi diterima secara aklamasi. Sekoci pun kini mulai ”berlayar”, menuju selatan secara tebak-tebakan.

Dua hari setelah kecelakaan, sebetulnya mereka samar-samar melihat gunung. Menurut perkiraan Mashadi, itulah Gunung Muria. Tapi, karena waktu itu mereka…

Keywords: -

---

Foto Terkait