Toh Guru: "kami Bukan Taliban"

Edisi: 02/31 / Tanggal : 2002-03-17 / Halaman : 41 / Rubrik : WAW / Penulis : Bintani, Muhid


BOLEH jadi Toh Guru memang dilahirkan untuk menentang Mahathir Mohamad. Mungkin juga tidak. Tapi, hampir seumur hidupnya, Toh Guru terus berseberangan sikap dengan Perdana Menteri Malaysia itu.

Ketua Partai Islam Se-Malaysia (PAS) ini tak pernah menyerah pada tekanan-tekanan politik Mahathir. Sebagai tokoh senior PAS, lelaki sepuh berusia 71 tahun ini sudah khatam dengan cara-cara Mahathir melindungi kepentingan politiknya. Salah satu strategi terbaru adalah menangkapi tokoh Islam, termasuk orang PAS. Selama Desember-Januari lalu, tak kurang dari 30 orang ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan. Salah satunya adalah anak keempat Toh Guru, yaitu Nik Adli Nik Abdul Aziz.

Dr. M, begitu Mahathir biasa dipanggil, memang punya dalih untuk menggelar pembersihan. Amerika Serikat menuding Malaysia sebagai salah satu tempat persembunyian pentolan terorisme yang terkait dengan Usamah bin Ladin. Hiruk-pikuk ini disambut hangat Mahathir. Tokoh gaek yang sudah memimpin Malaysia lebih dari 20 tahun itu menyatakan dukungannya untuk membabat jaringan Al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin.

Tampaknya, seruan untuk memerangi terorisme itu klop dengan agenda Mahathir di dalam negeri: ia menghadapi ancaman serius dari koalisi oposisi yang dipimpin PAS. Meskipun koalisi Barisan Nasional (BN), yang dipimpinnya, tetap menyabet suara mayoritas, popularitas dr. M mulai merosot, bahkan di antara tokoh-tokoh BN. Mereka ingin agar UMNO (partai pimpinan Mahathir) mereformasi diri segera. Kepada The Economist, tokoh muda BN, Adam Hamid, mengkritik upaya memperpanjang kepemimpinan Mahathir sebagai tindakan "membunuh demokrasi di UMNO."

Sementara itu, langkah PAS makin mantap. Dua negara bagian di timur laut Malaysia, Kelantan dan Terengganu, sudah jatuh dalam pemerintahan PAS. Meskipun dengan dana pas-pasan (Mahathir memotong royalti minyak Petronas dari lepas-pantai timur Malaysia yang semula diberikan ke Terengganu), PAS mampu membuktikan sebuah pemerintahan yang jujur.

Ketakutan berlebihan terhadap "hukum Islam" pelan-pelan meluntur. PAS mampu mengelola pemerintahan tanpa menyakiti etnis Cina atau India, yang tidak beragama Islam. Izin pembangunan tempat ibadah nonmuslim, misalnya, tetap diberikan. Sekolah berbahasa Cina justru mendapat bantuan dana yang lebih besar. Tetek-bengek perizinan usaha lebih gampang dan lebih "bersih".

Tampaknya, PAS juga berhasil mengambil hati kelompok minoritas etnis Cina dan India (jika dijumlahkan, kini hampir mencapai 35 persen penduduk Malaysia) dengan tidak menomorsatukan puak Melayu, baik dalam pendidikan maupun jabatan pegawai negeri. Tentu saja kinerja PAS yang berkilau ini mengancam kelanggengan kursi BN di puncak pemerintahan Malaysia.

Entah dari mana awalnya, tiba-tiba tuduhan sarang terorisme bergulir ke PAS. Partai berlambang bulan bintang itu konon beririsan dengan kelompok…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…