Pembelaan Itu Bisa Berbalik Jadi Bumerang
Edisi: 35/29 / Tanggal : 2000-11-05 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Taufiqurohman, M. , Manggut, Wenseslaus , Adi, I G.G. Maha
DUA kebijakan Jaksa Agung Marzuki Darusman yang diperagakan sepanjang pekan silam telah menyita perhatian orang. Yang pertama Senin pekan lalu, ketika ia mengumumkan bos Gadjah Tunggal, Sjamsul Nursalim, sebagai tersangka. Lalu yang kedua terjadi pada Kamis, 26 Oktober 2000, tatkala Marzuki mengumumkan penundaan proses hukum terhadap 21 pengutang terbesar di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Keputusan pertama menimbulkan berbagai spekulasi, sedangkan keputusan kedua membuat khalayak bertanya, Jaksa Agung mau ke mana. Satu hal pasti, kebijakan yang diambil Marzuki berkait erat dengan pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid di Seoul dua pekan silam, yang meminta penundaan proses hukum bagi Marimutu Sinivasan (Grup Texmaco), Sjamsul Nursalim (Gadjah Tunggal), dan Prajogo Pangestu (Barito/Chandra Asri).
Menurut Presiden, ketiganya diberi penundaan karena perusahaan mereka menjadi penggerak ekspor Indonesia. Mendengar "pembelaan" ini, kontan berbagai protes menggebrak pemerintah. Situasi bisa berbalik dan jadi bumerang. Soalnya, Presiden dituding punya agenda sendiri dengan mengabaikan hukum dan rasa keadilan masyarakat. "Mereka dibutuhkan oleh siapa, oleh Gus Dur atau oleh rakyat? Itu dalih yang tidak masuk akal," kata Ketua MPR Amien Rais.
Bahkan, ekonom Sjahrir melangkah lebih jauh. Aktivis mahasiswa 1974 ini berusaha menggalang pendapat umum ke satu tujuan: mengganti Presiden Abdurrahman Wahid secara konstitusional. "Pernyataan itu menunjukkan Presiden tidak mengerti hukum," kata Sjahrir, Senin lalu. Di tengah tekanan yang bertubi-tubi itulah, tiba-tiba Marzuki Darusman menunda proses hukum 21 konglomerat, meskipun sempat menjadikan Sjamsul sebagai tersangka kasus bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Kebijakan Presiden tampaknya bertolak dari sikap yang menafikan data dan akurasi penelitian. Soalnya, kalau saja Presiden…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…