Edi Sudradjat: "golkar Itu Rumah Bobrok"

Edisi: 35/29 / Tanggal : 2000-11-05 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


BEKAS Menteri Pertahanan dan Keamanan Edi Sudradjat masih tetap langsing pada usia senja. Suaranya pun masih menggeletar. Ia tampil necis dengan kemeja batik berwarna cerah dalam acara Kongres I Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) di Taman Mini, Jakarta, dua pekan lalu. Rambutnya tersisir rapi dan bibirnya banyak menebar senyum.

Edi patut merasa nyaman di lingkungan ribuan kader PKP. Maklum, partai yang dideklarasikannya pada 15 Januari tahun lalu ini didirikan sebagai wadah bagi kepentingan politik kelompoknya, sekaligus wujud dari luapan kekecewaan mereka terhadap Partai Golkar. Edi, yang selepas pensiun sempat memilih Golkar sebagai rumah politiknya, ternyata tak merasa betah. Setelah gagal dalam pertarungan memperebutkan kursi ketua umum, ia hengkang. "Saya meninggalkan Golkar karena, sebagai rumah, fondasi Golkar bobrok dan tak bisa lagi direparasi," katanya.

Penilaian itu diberikannya dengan sejumlah alasan. Dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa Golkar dua tahun lalu, ia berpendapat pemilihan Ketua Umum Golkar dipenuhi rekayasa politik. Saat bersaing dengan Akbar Tandjung untuk menjadi ketua umum, Edi terpental. Padahal, dalam sesi pemandangan umum, ia merasa banyak daerah yang berpihak kepadanya. Edi menuduh Akbar telah bersekutu dengan Presiden Habibie dan Panglima TNI Wiranto untuk mencegahnya menjadi Ketua Golkar.

Maka, ketika PKP resmi didirikan, Edi tetap mempertahankan posisinya sebagai seteru Akbar. Ketika Golkar menjagokan Akbar sebagai calon anggota DPR dari daerah pemilihan Bogor, Jawa Barat, Edi dipasang sebagai calon dari kota yang sama. "Pak Edi memang minta dipasang di Bogor untuk bersaing dengan Akbar Tandjung," kata John Pieris, salah seorang Ketua PKP.

Namun, kekuatan PKP belum mampu menandingi beringin Golkar yang telah lama berurat dan berakar. Edi gagal masuk Senayan. Partainya bahkan cuma mampu mengirim empat wakilnya ke DPR. Perolehan suara PKP yang tak banyak bahkan menjadikan partai itu besar kemungkinan akan tak diizinkan ikut dalam Pemilu 2004. Tapi Edi tetap optimistis dalam meneruskan perjuangannya. Pada Kongres I PKP, ia juga tetap dipercaya memimpin partai tersebut.

Dilahirkan di Jambi pada 22 April 1938 dan masuk Akademi Militer Nasional (AMN) pada 1957, Edi menjadi dewasa di lingkungan tentara. Lulusan terbaik AMN 1960 ini pernah ditempatkan sebagai Komandan Peleton Yonif 515, selain dipercaya menjadi Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad, Panglima Kodam II Bukit Barisan, dan Panglima Kodam VI Siliwangi. Sebelum menjadi Kepala Staf Angkatan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…