Bentrokan Peradaban Atau Benturan Kepentingan?
Edisi: 01/31 / Tanggal : 2002-03-10 / Halaman : 77 / Rubrik : AK / Penulis : Basyaib, Hamid , Handayani, Ines ,
Pergolakan mutakhir di kancah politik internasional mencuatkan kembali teori Samuel Huntington tentang benturan peradaban (clash of civilizations) yang dirilisnya pada 1993. Tujuh artikel berikut ini membahas, menanggapi, dan melaporkan bagaimana ide tentang clash itu diterima oleh kalangan intelektual dan aktivis Islam di Indonesiaselain gambaran dan kritik terhadap teori itu sendiri. Tak terlupakan, potret singkat posisi partai Islam di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan.
***
'CLASH' DI RUMAH KITA
Bagaimanakah "benturan peradaban" Samuel Huntington diterima di Indonesia hari-hari ini? Rangkuman diskusi bulanan Aksara, menghadirkan aktivis Islam dari berbagai kecenderungan.
PRESIDEN George Bush bertopi koboi, berdiri di depan dua orang tua berjubah, beserban, berjenggot. Tangan kanan Bush mengambang di atas sarung pistol, tangan kiri me-nuding. Ia pun menghardik: "Don't cross me, Iran!" Tapi segera dia berpikir ("Tunggu dulu ! Ada dua Iran ! Yang satu kuno dan garis keras. Satu lagi reformis dan demokratis. Ini perlu pendekatan yang lebih canggih ."). Lalu, ia berteriak: "Don't double cross me, Iran!"
Karikatur di majalah The Economist (9 Februari 2001) itu agaknya tidak hanya menggambarkan pendekatan Amerika Serikat terhadap Iran, tapi juga terhadap Islam, setelah 11 September. Sikap Bush mencerminkan makin dominannya pandangan kubu "konfrontasionalis". Kubu ini tak membedakan "Islam moderat" dengan "Islam radikal atau mili-tan atau fundamentalis". Bagi kubu ini, semua muslim niscaya fundamentalis, dan dengan sendirinya tak sejalan dengan demokrasi.
Tapi ada catatan penting. Terhadap klien-klien tradisional AS seperti Arab Saudi dan sejumlah negeri Teluk Persianegara-negara IslamBush tampaknya merasa tak perlu menghardik. Upaya demokratisasi di negeri-negeri itu pun tak perlu didorong-dorong. Justru eksperimen demokrasi di negara-negara itu bisa mengancam AS, yang memang punya kepentingan di kawasan itu.
Kubu konfrontasionalis, yang memilih garis kerasdan pilihan itu membulat sejak krisis sandera pasca-revolusi Iran di akhir 1970-anseperti mendapatkan pembenaran dengan peristiwa 11 September, yang meruntuhkan dua menara WTC New York itu. Bila kemudian kubu konfrontasionalis mendominasai kebijakan Gedung Putih, itu karena banyak elite perumus kebijakan di Departemen Luar Negeri, selain di Pentagon, Dewan Keamanan Nasional (NSC), dan tentu saja di Kongres, yang menganut garis mereka.
Sebelum peristiwa 11 September, kubu konfrontasionalis hanya berhasil mempengaruhi kebijakan AS terhadap negara per negara. Sesudah New York diguncang teror, pengaruh itu mengkristal: Washington memandang Islam sebagai satu blok monolit…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Antara Solar dan Solar
1994-06-18Pilot project diterjemahkan pilot proyek, atau status simbol asal kata symbol status. penerjemahan seperti itu…
INDONESIA DIINTERVENSI?
2003-01-12Kemungkinan intervensi militer terhadap indonesia bukan isapan jempol. kemelut timor timur telah membuktikannya. di luar…
KITA MENGUNDANG INTERVENSI ASING?
2003-01-12Banyaknya konflik internal telah dan akan mengundang intervensi asing ke indonesia. tapi tudingan mungkin lebih…