Bara Dendam Dalam Dentuman Zigoyar

Edisi: 33/32 / Tanggal : 2003-10-19 / Halaman : 50 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Patria, Nezar, Zulkifli, Arif, Manggut, Wenseslaus


TANGISMU wahai bayi-bayi tanpa kepala dibentur di tembok-tembok Palestina Jeritmu wahai bayi-bayi Afganistan yang memanggil-manggilku tanpa lengan dieksekusi bom-bom jahanam

DARI balik tembok penjara Kerobokan, Bali, Imam Samudra mencatatkan kenangannya tentang apa yang disebutnya sebagai jihad. Lewat buku tulis setebal 200 halaman, sejumlah peristiwa dalam hidupnya berkelebat, dengan tulisan tangan impresif. Inilah memoar yang ditulis dengan huruf kecil dengan keyakinan yang teguh, ”Untuk menghemat halaman,” ujarnya saat dibesuk TEMPO, akhir September silam. Sejumlah tulisan itu diberinya tanggal, tapi banyak juga yang tidak. Imam, sang terpidana mati kasus bom Bali, menyebut karyanya sebagai Biografi (Setengah Hati).

Setengah hati? Simaklah alasan dia, yang dipetik dari buku itu: ”Aku paling tidak suka mengisi buku diary, yang biasanya meminta biodata, kata mutiara, dsb, dsb,” demikian ia menulis. Apalagi, kata dia, sejak terlibat dalam ”perjuangan menegakkan kalimat Allah”, dia merasa wajib menjunjung tinggi kerahasiaan. Meski begitu, sebagian sejarah itu tetap dia tulis dengan satu prinsip: ”menghindari hal-hal yang membatalkan pahala”. Walhasil, jadilah buku itu penuh kelebatan pikiran, kenangan, dan tak lupa, petikan Al-Quran dan hadis.

”Aku lahir di Desa Lopang Gede, Banten, 14 Januari 1970,” demikian ditulisnya di bagian yang diberi anak judul Childhood, satu fragmen dalam tulisan bertajuk Biografi (Setengah Hati) itu. Lahir dengan nama Abdul Aziz, Imam kecil tumbuh dalam keluarga pedagang. Dia mengingat secara detail saat duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah, Serang. ”Sekolah agama yang tak terlalu ketat, dengan meja-meja yang telah dimakan rayap,” Imam menulis. Saat di bangku sekolah dasar, dia pernah menjadi siswa teladan dan memenangi cerdas cermat P-4.

Dia juga mengisahkan masa remajanya, di SMP maupun SMA, yang ditempuh dalam ”suasana sekuler”. Di bangku SMP, Imam punya prestasi cemerlang, masuk peringkat tiga besar tingkat kabupaten. Tapi, Imam sendiri tak begitu suka dengan suasana sekolah seperti itu. Dia lebih suka menyendiri, membaca buku di perpustakaan. ”Aku lebih…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…