Kepemimpinan Kerumunan
Edisi: 35/29 / Tanggal : 2000-11-05 / Halaman : 112 / Rubrik : KL / Penulis : Prasodjo, Imam B. , ,
Imam B. Prasodjo, Ph.D. *)
*)Direktur The Center for Research on Intergroup Relations and Conflict Resolution (CERIC), FISIP UI
AWAL abad ini kita masuki dengan sebuah pertanyaan: "Betulkah saat ini kita memasuki era fragmentasi sosial?" Ilmuwan sosial seperti Michel Maffesoli (1996) menulis buku, The Time of the Tribes, untuk menggambarkan betapa kini telah lahir fakta sosial baru-neotribalism. Berbagai benturan sosial dahsyat antarkelompok identitas yang tumbuh atas dasar ikatan etnik, ras, bahasa, budaya, agama, asal daerah, dan faktor lain, kini dirasakan mengancam peradaban manusia. Michael Freeman (1998) pun khawatir, "Apakah saat ini kita sedang menyaksikan kembalinya era primitif?"
Kerisauan samacam ini seharusnya lebih menghinggapi perasaan kita di Indonesia. Hadirnya reformasi, yang sungguhpun disambut rasa antusias dan penuh harap, diiringi juga dengan rasa waswas. Upaya keluar dari krisis ekonomi ternyata diikuti krisis sosial bertubi-tubi yang semakin tak terkendali. Berbagai benturan sosial di berbagai wilayah segera menyadarkan bahwa kita kini berada di ujung tebing disintegrasi sosial.
Atmosfer "pertempuran" ini ternyata terefleksi juga dalam pertentangan antarelite politik. Proses reformasi telah mendorong bergantinya "kelas penguasa baru" (the new ruling class), yang berdampak pada munculnya ketegangan-ketegangan sosial. Gejolak sosial terlihat semakin merebak, selain akibat konflik elite politik, juga karena rentannya struktur masyarakat kita. Kini, pertanyaan pun muncul, seperti apakah umumnya tipe elite politik kita, dan bagaimanakah tatanan masyarakat kita.
* Transformasi Sosial dan Tipe "Baru" Elite Politik
Gejolak sosial yang terjadi di Indonesia sedikit banyak terkait dengan transformasi sosial di dunia internasional. Runtuhnya blok Soviet dan memudarnya komunisme telah menciptakan perubahan tatanan politik pada akhir abad ke-20. Ironisnya, dengan selesainya Perang Dingin dan terjadinya transformasi sosial, tumbuh tatanan masyarakat baru yang diwarnai dengan maraknya pengelompokan sosial yang bernuansa "primitif", yang dalam istilah Maffesoli (1996), disebut "kerumunan tanpa wajah" (the faceless crowd) atau…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…