Sardono W. Kusumo: "opera Ini Menjadi Sebuah Kebutuhan"
Edisi: 01/31 / Tanggal : 2002-03-10 / Halaman : 142 / Rubrik : TAR / Penulis : Fadjri, Raihul , ,
Di sanggar inilah Sardono menyiapkan pementasan kembali Opera Diponegoro yang melibatkan seniman Solo, antara lain tokoh wayang suket Slamet Gundono, penari Fajar Satriadi, dan sutradara Teater Gidak Gidik Hanindawan. "Mereka semua kini sudah menjadi tokoh," katanya. Sebelum pementasan hari pertama Jumat pekan lalu, Sardono menjelaskan kepada Raihul Fadjri dari TEMPO tentang pementasan ini. Petikannya:
Mengapa Anda mementaskan Opera Diponegoro hingga enam kali?
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta yang meminta saya (mementaskan). Pertimbangan mereka, ekspresi dalam opera ini berkesan Islam dalam pluralitas. Saya sendiri malah tidak tahu hal itu. Mereka mendapat kesan begitu karena membicarakan Diponegoro yang memiliki simbol Islam. Dalam pementasan itu ada musik Mozart, gamelan Jawa, musik Islam, dan toh juga berbicara tentang Nyi Roro Kidul, yang memang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…