Cina Kreol Model Para Desainer

Edisi: 51/30 / Tanggal : 2002-02-24 / Halaman : 64 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko , Chudori Leila S. ,


CA BAU KAN
Sutradara : Nia Di Nata
Skenario : Nia Di Nata, berdasarkan novel karya Remy Sylado
Pemain : Ferry Salim, Lola Amaria, Alex Komang, Ninik L.Karim
Produksi : Kalyana Shira Film

***

BETAWI, tahun 1944, di bawah gempuran hujan deras. Kapal penyelundup senjata dari Thailand merapat ke sisi Pelabuhan Sunda Kelapa. Tan Peng Lian turun dari kapal dan melakukan akting yang dramatis. Pedagang peranakan Cina asal Semarang itu menjejakkan kaki di pantai, terhuyung-huyung, lalu berlutut mencium tanah. Mukanya mengekspresikan rasa syukur: "Betawi, aku wis mulih (Betawi, saya sudah pulang)." Begitulah salah satu adegan akhir film Ca Bau Kan karya perdana sutradara Nia Di Nata.

Mengangkat jagat kata-kata dalam novel ke bioskop selalu terbuka kemungkinan penciutan dan penambahan. Sang sutradara tentu saja berhak memekarkan konflik tokoh, menyederhanakan plot, membuat karakter menjadi lebih kaya, atau bahkan menambah karakter atau subplot jika diperlukan. Mau membuat ending berakhir lain dari novel aslinya pun boleh. Artinya? Novel dan film adalah dua kesenian yang berbeda dan memiliki fitrah yang berbeda.

Nia Di Nata, sutradara baru itu, justru berbuat sebaliknya. Dia tidak hanya enggan mencincang novel Remy Sylado, tetapi juga tak kunjung memanfaatkan penjelajahan visual bagi imajinasi pembaca (atau, tepatnya, penonton). Ia taat mengikuti aliran bab per bab novel dan menjauhi interpretasi. Film berdurasi dua jam ini hanya berusaha memadatkan novel. Tapi justru kesetiaannya pada novel membuat alur tersendat. Ketidakmampuan atau mungkin keengganan bereksplorasi membuat film ini tampil—meski riuh dengan warna-warni yang meriah—nyaris tanpa nyawa.

Untuk menampilkan keseluruhan novel, mulanya naskah awal terlalu panjang, bila di layar perak menuai waktu 180 menit. Nia mengedit, tapi tampaknya tanpa mengubah struktur cerita. Alhasil, beberapa adegan dan pemunculan tokoh-tokoh kehilangan logika.

Misalnya, ya, adegan di Pelabuhan Sunda Kelapa, yang hujannya jelas betul hujan bikinan itu. Bagaimana mungkin Tan Peng Lian bisa selamat membawa berpeti-peti senapan ketika tentara Jepang berjaga-jaga di setiap sudut? Pada novel karya Remy Sylado ini, sosok Tan Peng Lian dikisahkan tertangkap Jepang setelah melalui rute berliku, berperahu dari Siam ke Selat Malaka, Bengkalis, Riau,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…