Laksamana Sukardi: "saya Mundur Jika Salim Masuk Bca"

Edisi: 50/30 / Tanggal : 2002-02-17 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis :


KURSINYA terbilang empuk, sekaligus panas. Sebab, mengurusi jabatan yang mengesankan bergelimang uang nan tak terbilang. Sebagai Menteri Negara Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Laksamana Sukardi, 46 tahun, bukan saja membawahkan 130-an perusahaan negara, tapi juga bertanggung jawab atas kinerja Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Total jenderal, jika saja semua aset perusahaan republik itu digabung, nilainya mencapai Rp 1.500 triliun—bandingkan dengan APBN 2002, yang cuma sekitar Rp 300 triliun.

Saat ini, aset naudzubilah itu sedang dalam masalah serius. Pemerintah telah mematok target tertentu untuk penjualan aset-aset yang masuk dalam bengkel BPPN. Termasuk soal BCA, yang diduga berpotensi mengandung aroma uang panas. Belum lagi perkara rencana penggantian para direksi BUMN, yang ditengarai sarat dengan permainan makelar, calo jabatan, dan uang pelicin untuk mengisi kursi-kursi penting itu. "Orang-orang dalam" di kantor Laks, begitu ia disapa, kabarnya aktif memainkan peluang ini.

Segepok masalah juga menganga di BPPN. Masalahnya terfokus pada para konglomerat yang tak kunjung bergegas bayar utang. Kalaupun mereka—sedikit jumlahnya—menyerahkan harta benda perusahaan, ternyata berupa aset busuk, nilainya jeblok, bahkan banyak yang sudah digadaikan. Sikap terhadap konglomerat juga bikin kesal banyak orang. Ada dugaan kuat, pemerintah bakal memberi dispensasi aneh untuk para taipan pengutang kakap itu: memperpanjang masa penyelesaian kewajiban pemegang saham (PKPS), dari 4 tahun menjadi 10 tahun.

Situasi ini diperpanas dengan keruwetan tender BCA dan kekhawatiran akan kembalinya Salim menjadi pemilik bank yang punya jaringan hebat dengan delapan juta nasabah itu. "Semua ini masalah dengan oktan tinggi, cepat menyambar," kata Laks. Suami Rethy Alexandra Wulur ini juga pernah dihantam masalah. Laks diangkat menjadi Menteri Negara BUMN di masa Presiden Abdurrahman Wahid, tapi diberhentikan dengan tuduhan dari bosnya itu bahwa ia terlibat korupsi, kolusi, nepotisme (KKN).

Perjalanan hidup Laks memang tak pernah mulus. Insinyur sipil lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1979 ini harus terpontang-panting cari kerja yang sesuai dengan bidangnya. Ia tak menyia-nyiakan tawaran mengikuti program pelatihan dari Citibank, yang dilanjutkan dengan ikut program pengembangan eksekutif bank (selesai 1981). Inilah awal karir Laks memasuki dunia bankir. Pada usia 29 tahun, anak Gandhi Sukardi—yang mantan wartawan kantor berita Antara—itu menjadi Vice President Bidang Operasional Citibank. Tapi, tiga tahun kemudian, akhir 1987, Laks mundur karena tidak puas dengan prestasi kerjanya.

Nasibnya mujur. Ia ditawari Mochtar Riady—waktu itu pemilik Bank Umum Asia—untuk bergabung. Laks pun ikut membidani lahirnya Lippobank, hasil merger Bank Umum Asia dengan Bank Perniagaan Indonesia. Laks dipercaya menjadi managing director. Sekitar Mei 1993—tak lama setelah mendapat penghargaan sebagai banker of the year dari majalah Swa—Laks mundur dari Lippobank. Banyak orang heran. Sebab, prestasi cucu Didi Sukardi—juga bekas wartawan—ini sangat bagus, yakni mengantar Lippo menjadi perusahan publik.

Agaknya, Laks ingin mandiri. Setahun kemudian, ayah tiga orang anak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…