Simalakama Golkar

Edisi: 46/30 / Tanggal : 2002-01-20 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Budiyarso, Edy , Kuswardono, Arif


MORALITAS, kata orang, bukanlah ukuran kebanyakan politisi bertindak. Tak jelas apakah Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung masuk kategori jenis itu. Yang pasti, Akbar punya bermacam standar moral untuk urusan jabatan. Periksalah pernyataannya. Desember lalu, ketika seluruh jajaran direksi PT Kereta Api Indonesia mengundurkan diri menyusul kecelakaan kereta api di Brebes, Jawa Tengah, sang Ketua DPR berkata, "Secara moral itu adalah suatu sikap yang patut kita hormati dan kita hargai."

Moral. Atas dasar itu pulalah kini banyak kalangan mendesaknya untuk mundur sebagai ketua dewan setelah Senin pekan lalu ditetapkan sebagai tersangka skandal penyelewengan dana Bulog senilai Rp 40 miliar. Tapi kini Akbar berkata lain. Ditanya pers, ia bersikukuh tak bakal mundur. "Kalau prinsip praduga tak bersalah kita pegang, tidak mengharuskan saya meninggalkan pekerjaan sebagai pimpinan dewan," katanya.

Memang belum ada ketentuan yang menggariskan Akbar mesti melepaskan kursi empuknya di Senayan lantaran ia dijadikan tersangka kasus korupsi. Tapi, kata seorang anggota parlemen, bukan berarti Akbar bisa lolos begitu saja. Ia niscaya akan terguling dari Senayan jika kursi Ketua Umum Golkarnya digergaji lebih dahulu. Dan peluang untuk ini bukan tak ada.

Sudah menjadi rahasia umum, seperti diungkapkan sejumlah sumber TEMPO di Golkar, partai ini tidak sesolid seperti zaman Soeharto. Akbar bukannya tanpa musuh, yang ibarat ikan hiu mereka telah mencium aroma darah. Beberapa kelompok dalam partai itu akan senang menyodorkan tokohnya menggantikan Akbar. "Di Golkar ada situasi hiruk-pikuk tersendiri sehingga terjadi polarisasi," kata Fahmi Idris, salah satu ketua.

Marzuki Darusman, ketua lain yang cenderung pro-Akbar, telah menuding kelompok Iramasuka berniat mendongkel Akbar. Arnold Baramuli, salah seorang anggota Dewan Penasihat Golkar yang menjadi patron Iramasuka, merasa tidak perlu menyembunyikan motifnya. "Hanya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…