’status Quo’ Vs Investasi

Edisi: 45/30 / Tanggal : 2002-01-13 / Halaman : 70 / Rubrik : SUR / Penulis : Jati, Hidayat


BANYAK orang, terutama dari kalangan bisnis dan akademisi, yang mengira, ketika Indonesia dihantam krisis moneter pada 1997-1998, perekonomian nasional mau tidak mau akan makin terbuka kepada globalisasi dan investasi asing. Perkiraan ini sebagian bertumpu pada doktrin donor seperti IMF dan Bank Dunia, yang sangat pro-liberalisasi. Selain itu, perkiraan itu didasarkan pada kenyataan di lapangan, seperti menyangkut beban utang, defisit modal di perusahaan besar, membengkaknya kapasitas terpasang, dan kolapsnya sistem perbankan nasional.

Membuka diri ditengarai sebagai satu-satunya jalan keluar dari lingkaran setan. Kebijakan yang pro-investasi—unsur krusial dalam usaha pemulihan ekonomi dan stabilisasi sosial (terciptanya lapangan kerja)—akan dipilih dan diterapkan oleh para penguasa, siapa pun mereka. Demikian harapan para konsultan, pengacara, bankir investasi, dan calon investor, baik yang ”strategis” maupun ”finansial”. Ternyata terbukti masalahnya tidak sesederhana itu.

Sebaliknya, impresi yang berkembang adalah kekuatan politik Indonesia (yang belum tentu berarti pemerintah pusat ataupun presiden) mempunyai sikap bermusuhan, atau paling tidak ambivalen, terhadap investor asing.

Contoh bisa dimulai dari kasus yang menyangkut Thames Waters-PAM Jaya hingga kasus Manulife-IFC dan Dharmala, kemelut Cemex dan Grup Semen Gresik sampai pada proses penjualan 51 persen saham pemerintah di Bank Central Asia (BCA)—yang sampai awal 2002 ini masih krusial. Semua kasus itu sarat dengan aroma korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), juga menunjukkan lemahnya wibawa pemerintah serta membuktikan betapa mudahnya meracuni opini publik dengan argumentasi menyesatkan yang dibungkus ”nasionalisme”, bahkan sentimen etnis.

Tapi yang paling pokok adalah semua kasus ini melukiskan bahwa ada pihak yang sangat berkuasa di Indonesia (lagi-lagi ini belum tentu sama dengan institusi pemerintahan) yang menolak investasi itu. Mereka malahan merasa bahwa investasi asing…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Masih Terganjal Bahan Pokok
2007-12-02

Denyut perekonomian indonesia sepanjang triwulan ketiga yang lalu terus membaik. para pemimpin teras perusahaan juga…

Y
Yang Miskin Kian Tertinggal
2007-12-02

ekonomi indonesia triwulan iii 2007

T
Tumbuh Bersama Sejumlah Risiko
2008-06-08

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama bisa jadi mengejutkan sejumlah kalangan. di tengah badai harga minyak…