Sola Minyak Dan Otonomi Daerah: Bangkitnya Tuntutan Itu

Edisi: 29/29 / Tanggal : 2000-09-24 / Halaman : 87 / Rubrik : SUP / Penulis : Bujono, Bambang , ,


MINYAK MENGALIR JANGAN SAMPAI JAUH...

JANGAN sampai minyak mengalir sampai jauh lagi. Buat masyarakat daerah kaya minyak, akibatnya jelas: bagaikan tikus kelaparan di lumbung padi. Memang, mahasiswa-mahasiswa Riau yang berpakaian compang-camping itu tidaklah semiskin seperti yang mereka peragakan hari itu, 9 Agustus 2000. Di hari peringatan 43 tahun Riau tersebut, kostum yang mereka kenakan terlihat untuk mendramatisasi protes: yang kaya oleh minyak Riau adalah Jakarta dan perusahaan minyak asing. Mereka menuntut rezeki itu diberikan kepada rakyat penghuni bumi tempat minyak itu tersimpan.

Lalu, bicaralah Ketua DPRD Riau, Chaidir, memperkuat protes mahasiswa. Ia sajikan angka dan data. Dua puluh persen dari 4,3 juta penduduk Riau hidup di bawah garis kemiskinan, serunya. (Menurut majalah Time edisi Asia, 21-28 Agustus lalu, bila batas garis kemiskinan itu adalah keluarga berpenghasilan US$ 240 setahun, sekitar 40 persen atau lebih dari 1,7 jiwa di Riau hidup dengan kurang dari Rp 5.000 sehari.)

Mungkin, mereka yang berada di bawah garis itu masih bisa makan (dan itu sebabnya tak terdengar berita kelaparan di Indonesia). Tapi sulit membayangkan bagaimana biaya hidup yang lain-lain --manusia kan tak cuma butuh makan -- menyekolahkan anak, misalnya, bisa dipenuhi. Kata Chaidir, ketua para wakil rakyat Riau itu, 70 persen angkatan kerja di daerahnya berpendidikan rendah. Lalu, terdengarlah pesan Gubernur Riau Saleh Djasit di hari jadi Riau itu, agar rakyat Riau terus berjuang.

Berjuang, itulah kira-kira yang dilakukan ratusan mahasiswa Riau ketika di akhir Januari lalu mereka memblokir jalan menuju kantor utama PT Caltex Pacific Indonesia (CPI). Mereka memprotes, kenapa kebijakan pembagian rezeki minyak antara pemerintah daerah dan pusat seolah melecehkan Riau. Karena jauh dari Jakarta, mungkin Caltex -- mendapat kontrak bagi hasil menyedot minyak dari bumi Riau -- yang mereka datangi.

Hasilnya? Tidak ada. Tuntutan mahasiswa agar Caltex selama tiga hari menghentikan produksinya -- biar tahu rasa orang Jakarta, teriaknya disambut dengan penjelasan oleh salah seorang pejabat Caltex bernama Djati Susetya. Penghentian produksi tiga hari itu, katanya, adalah kerugian Rp 65 miliar, ditambah biaya yang lain-lain. Umpamanya, yang lain-lain itu minyak yang belum sempat diolah akan beku karena demikianlah alam mengajarkan. Untuk mencairkan kembali…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
TEMPO DAN DUNIA YANG BUNDAR
1991-03-09

Pada ulang tahun ke-20, tempo menerbitkan edisi khusus yang menampilkan "duta-duta" tempo yang berhubungan dengan…

P
PESTA, PRESTASI DAN BISNIS
1989-08-26

Sea games xv di kuala lumpur dari 20 agustus 1989 s/d 31 agustus 1989. diikuti…

M
MEREKA YANG TERBAIK
1989-09-09

Sea games xv di kuala lumpur, dengan indonesia menjadi juara umum. nurul huda & eric…