Main Api Dengan Konglomerat
Edisi: 28/29 / Tanggal : 2000-09-17 / Halaman : 17 / Rubrik : OPI / Penulis : , ,
DI negeri ini, bersikap tegar terhadap konglomerat ternyata tidak mudah. Ketika kasus utang Texmaco sebesar Rp 17 triliun meledak riuh-rendah, dari Istana Merdeka malah dilaporkan bahwa bos Texmaco, Marimutu Sinivasan, diterima beraudiensi dengan orang pertama republik ini. Padahal, dengan onggokan kredit macetnya, Sinivasan sudah pantas dianggap tamat, selesai. Tentu saja peristiwa yang ganjil itu tak mungkin ditafsirkan salah oleh khalayak. Juga oleh pasar dan masyarakat pengusaha. Dari audiensi di Istana, mereka setidaknya beroleh kesan bahwa hikayat konglomerat di republik ini belum akan segera tamat-kendati utangnya bertruk-truk dan bank pemerintah yang mengucurkan kredit itu berada di pinggir jurang kehancuran.
Serta-merta timbul pertanyaan, apakah bermanis-manis kepada konglomerat, yang semula dianggap penyakit bawaan Orde Baru, kini telah ditularkan kepada Orde Pasca-Orde Baru? Tampaknya begitu. Bagaimana mungkin konglomerat yang utangnya macet-Kwik Kian Gie menjuluki mereka konglomerat hitam-masih bisa sesumbar (setidaknya lewat pengacara), bahkan tampil percaya diri seperti Sjamsul Nursalim di depan ratusan petambak udang Dipasena? Bagaimana mereka bisa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Transparansi Bujet Informan
2007-11-18Menjadikan teroris sebagai informan harus disertai aturan jelas. perlu pengawasan anggaran yang ketat.
Kisruh Tabung Gas Pertamina
2007-11-18Pemerintah akhirnya menyetujui impor tabung gas. program konversi energi tak bisa ditunda.
Singkirkan Makelar Sumur Minyak
2007-11-25Harga minyak meroket, investor pun datang berebut. bagi yang mangkir, penalti harus dijatuhkan.