Carut-marut Dunia Pasar Seni Lukis

Edisi: 28/29 / Tanggal : 2000-09-17 / Halaman : 70 / Rubrik : LAY / Penulis : Noor, Maman , ,


Oleh: Maman Noor

APA yang dibicarakan orang di pasar kalau bukan berkisar soal barang-barang yang diperjualbelikan, nilai dan harga, atau untung dan rugi? Bagaimana halnya dengan pasar seni lukis? Sama saja. Obyek barang yang diperjualbelikan adalah lukisan. Para pelaku pasar lukisan tahu bahwa lukisan memiliki nilai dan harga. Siapa yang beruntung dan merugi, inilah bagian penting yang akan kita runut.

Sebuah lukisan sebagai karya seni rupa secara ideal memang tidak harus dihadapkan dengan kepentingan-kepentingan fungsional, termasuk untuk diperjualbelikan. Di dalam pemahaman yang sangat rumit, sebuah karya seni rupa adalah himpunan teks yang memiliki interrelasi subyek maupun obyek, yang dapat menerangkan identitas bentuk, manifestasi makna, dan tafsir-tafsir di dalamnya sembari memperhitungkan ruang dan waktu. Apabila disederhanakan, karya seni rupa merupakan suatu "hasil bahasa" ungkapan pribadi seorang seniman (kreator) yang bisa diterangkan dengan bahasa kreatif oleh seorang pribadi lainnya. Interrelasi antarpribadi ini yang kerap dianggap sebagai wilayah relatif untuk menjelaskan penilaian karya seni rupa, termasuk proses pengukuran harga di pasar.

Ketika sebuah karya seni rupa, seperti lukisan, berhadapan dengan istilah fungsi, para ahli seni umumnya bisa menggolongkan ke dalam tiga kepentingan fungsi seni, yakni fungsi fisik, pribadi, dan sosial. Kata fungsi telah menempatkan seni rupa di dalam hubungan-hubungan kepentingan, kebutuhan, bahkan kehendak yang berkait dengan tujuan-tujuan tertentu. Di antaranya, untuk menciptakan medan wacana nilai budaya (manusia dan kemanusiaan) dan medan konteks apresiasi (khususnya bagi kehidupan pragmatik).

Di satu sisi, medan wacana seni rupa berlangsung di dalam lingkaran para pelakunya, di sisi lain medan konteks apresiasi berkubang di dalam lingkaran para pengerumunnya. Salah satu kerumunan yang paling ramai di medan konteks adalah apabila karya seni rupa dikaitkan dengan dunia ekonomi. Karya seni rupa, tanpa ampun, harus berhadapan dengan hukum-hukum ekonomi, termasuk apa yang disebut Bryan Turner sebagai serangan gencar yang membabi buta dari egoisme yang telanjang, yaitu pasar. (Dalam hal ini, pasar diartikan sebagai komoditi dan investasi.) Di sini gonjang-ganjing antara nilai dan harga tiada henti-hentinya dibicarakan, terkadang sampai menggoyang dan mengganggu perjalanan medan wacana. (Lihat kasus Boom Seni Lukis Indonesia, seperti yang pernah secara serius dibahas oleh almarhum Sanento Yuliman sepanjang 1984-1989.) Realitas akibat pasar seni rupa yang berlangsung terus ini belum mengubah asumsi Sanento Yuliman, yang masih menempatkan seni lukis sebagai primadona. Di luar seni lukis, karya-karya seni rupa lainya mengalami proses pemingitan, pendusunan, dan pemiskinan dalam hiruk-pikuk pasar.

Pasar seni lukis di Indonesia dalam rentang 15 tahun terakhir memang tidak kunjung sepi, bahkan kemungkinan bakal terus berlanjut. Krisis moneter dan ekonomi dalam tiga tahun terakhir (1998-2000) pun tak banyak berpengaruh terhadap kemarakan pasar seni lukis. Apresiasi terhadap rupiah dan indeks pasar bursa saham boleh bergoyang terus, tapi pasar seni lukis tetap ajek. Alasannya: komoditi lukisan telah menjadi ajang investasi yang tak lekang oleh naik-turunnya nilai dolar. Bahkan, semakin tinggi harga dolar, semakin senang pula para investor berbelanja via lukisan. Galeri dan lelang lukisan menjadi pasar terbuka tanpa beban pajak yang menjerat. Siapa yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…