Konsesi Baru (lagi) Bagi Konglomerat?
Edisi: 28/29 / Tanggal : 2000-09-17 / Halaman : 116 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Taufiqurohman, M. , Manggut, Wenseslaus , Wiyana, Dwi
SUASANA Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin pekan lalu, agak lain dari biasa. Ratusan pengusaha papan atas terlihat berada di Ruang Sulawesi untuk menghadiri pertemuan dengan tim ekonomi pemerintah yang dipimpin Menko Perekonomian Rizal Ramli. Ini pemandangan yang sangat langka dalam setahun terakhir. Semasa Orde Baru, pejabat dan konglomerat tampak rukun bersekutu, nah, keakraban seperti itu tak terlihat sejak tahun lalu, terutama sejak Kwik Kian Gie menjabat Menko Ekuin. Tatap muka tak pernah, apalagi bertegur sapa dan berhandai-handai.
Hubungan dingin pada masa Kwik mendadak hilang ketika sore itu para konglomerat dan eksekutifnya mendapat kesempatan untuk berbicara langsung dengan menteri-menteri ekonomi, termasuk Menteri Keuangan Prijadi Praptosuhardjo, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luhut Panjaitan, dan Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi Nasional/Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Cacuk Sudarijanto. Dari kalangan pengusaha hadir Anthony Salim (Grup Salim), Sjamsul Nursalim (Gadjah Tunggal), dan Usman Admadjaja (Danamon). Selain mereka, juga terlihat beberapa eksekutif papan atas seperti Eva Riyanti Hutapea (Indofood), Subronto Laras (Indomobil), Gunadharma (Branta Mulia), Muliati Gozali (Dipasena), dan Leonard Tanubrata (Bank Umum Nasional).
Pergantian Kwik dan Rizal agaknya menjadi momentum penting bagi pengusaha. Kini mereka punya kesempatan lebih baik untuk kembali menjalin hubungan erat dengan pemerintah. Dan hal itu kembali ditegaskan oleh Rizal, yang mengatakan bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk meninggalkan sikap saling caci maki dan saling menyalahkan antara pemerintah dan konglomerat. Tak bisa dimungkiri, bagi sebagian besar pengusaha papan atas, periode Kwik Kian Gie merupakan masa yang sangat sulit. Apalagi, dalam berbagai kesempatan, Kwik selalu melontarkan tudingan keras terhadap para pemburu rente ini. Kwik bahkan menyebut sebagian besar dari mereka sebagai konglomerat hitam.
Tapi ada apa, sehingga tiba-tiba sikap pemerintah berubah 180 derajat? Atau, minimal tampak seperti berubah? Rizal Ramli, seusai pertemuan tertutup yang diprakarsai Cacuk itu, mengatakan bahwa tak ada agenda khusus yang dibicarakan di sana. Menurut Rizal, pemerintah hanya ingin menyosialkan 10 program perekonomian yang akan dikerjakan timnya. Selain itu, pemerintah juga mengajak konglomerat bekerja sama,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…