Kapal Layar Yang Terempas
Edisi: 36/32 / Tanggal : 2003-11-09 / Halaman : 128 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Hadiwinata, Thomas, Patria, Nezar, Dewanto, Nugroho
Kepada TEMPO sejumlah pemain kunci memberikan kesaksian. Setumpuk dokumen rekening bank yang dapat diperoleh investigasi mingguan ini pun menguak sejumlah nama baru dalam aliran dana gelap itu. Tali-temali di antara para aktor kian jelas. Dan kabut yang menyelimuti bank berlambang kapal layar ini pun kian tersibak.
KANTOR Cabang Bank Negara Indonesia di Singapura mendadak sibuk Senin pekan lalu. Hari itu, sebuah pertemuan mahapenting akan dilangsungkan. Untuk keperluan ini, Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Saifuddien Hasan, dan Direktur Kepatuhan Mohammad Arsjad sampai khusus terbang dari Jakarta. Seperti diungkap seorang petinggi Bank BNI, mereka datang ke Negeri Singa untuk sebuah agenda tunggal: berunding dengan Maria Pauliene Lumowa alias Erry, salah satu aktor utama pembobolan Rp 1,7 triliun dana BNI.
Saifuddien membenarkan adanya pertemuan itu. Tujuannya, kata dia, semata untuk mengupayakan pengembalian kewajiban Erry Lumowa dkk. "Kami tidak membuat kesepakatan khusus," Saifuddien menegaskan seraya menolak membeberkan isi pertemuan.
Entah karena negosiasi menumbuk jalan buntu atau lantaran sebab lain, lima hari setelah perundingan di Singapura, Markas Besar Kepolisian RI melansir pengumuman. Dari 11 orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi, pelanggaran UU Perbankan, dan penggelapan ini, Erry dan tujuh orang lainnya dinyatakan sudah dimasukkan dalam daftar buron.
Bersama Erry, juga tertera nama Adrian Waworuntu, bankir kawakan yang selama ini dikenal dan jago memutar uang. Berduet dengan Endang Utari Mokodompit, anak Ibnu Sutowo yang lama menjadi teman dekatnya, Adrian pernah terlibat kasus Bank Pacific pada tahun 1995. Pada Rabu silam, sebelum ia dinyatakan buron, mingguan ini masih mewawancarai dia di sebuah hotel berbintang di Jakarta.
Adapun tiga tersangka lainnyaâKepala Bagian Customer Service Luar Negeri BNI Cabang Kebayoran Baru, Eddy Santoso; Kepala Cabang BNI Kebayoran Baru, Kusadiyuwono; dan Jeffrey Baso, salah satu pengusaha yang dinilai terlibatâdinyatakan telah ditahan.
"Kami serius mencari mereka. Kalau tahu mereka ada di mana, pasti langsung kami tangkap. Jangan meragukan kami," kata Direktur Ekonomi dan Khusus Kepolisian RI, Brigjen Samuel Ismoko.
Hari-hari ini, skandal yang melilit BNI, bank yang 99 persen sahamnya dimiliki pemerintah, terus bergulir kencang. Banyak pihak merasa gemas sekaligus waswas. Soalnya, inilah skandal perbankan terbesar setelah pemerintah harus menguras anggaran lebih dari Rp 600 triliun untuk merekap sejumlah bank, termasuk milik negara, yang ambruk setelah tercekik kredit macet.
Kisahnya bermula saat PT Gramarindo Mega Indonesia, yang menurut hasil audit internal BNI adalah perusahaan milik Erry Lumowa dan Adrian Waworuntu, mengajukan permohonan pembiayaan ekspor impor dari BNI Cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Gramarindo membutuhkan fasilitas itu, konon, untuk membiayai ekspor sejumlah komoditas, seperti pasir kuarsa dan minyak residu, ke negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Kendati baru menjadi nasabah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…