K.h. Ahmad Idris Marzuki: "kami Tak Berani Mendukung Gus Dur"
Edisi: 38/32 / Tanggal : 2003-11-23 / Halaman : 34 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Maksum, Dwidjo U., ,
RUANG pribadi Kiai Idris Marzuki tampak bersahaja. Kamar tanpa meja kursi itu hanya beralaskan karpet. Di sana-sini terlihat tumpukan kitab berbahasa Arab. Di tengah-tengahnya ada dua bantal yang biasa dipakai sang Kiai untuk merebahkan diri seusai mengajar. Bagi seorang ulama ahli kitab kuning seperti dirinya, Ramadan adalah waktu yang sangat sibuk. Dari subuh hingga larut malam, seluruh waktunya dicurahkan untuk mengajari para santri. Selama sebulan, secara khusus ulama kelahiran Kediri, Jawa Timur, 12 Agustus 1940, ini mengkaji kitab Al-Mahdi, Nizamul A'mal, Bahjatul Wasa'il, Nashoiqul Ibad, Dalaa'ilul Khairat, dan masih banyak lagi, bersama para santrinya.
Namun, di sela-sela kesibukannya, putra almarhum Kiai Marzuki Dahlan ini masih bersedia menyisihkan waktu untuk menerima Dwidjo U. Maksum dari TEMPO Kamis pekan lalu di ruang pribadinya untuk sebuah wawancara. "Niki mangke lak mboten dangu-dangu, tho? (ini nanti tidak terlalu lama, kan?)," ujarnya dalam bahasa Jawa halus sebelum wawancara dimulai. Sebab, ulama yang kerap disebut sebagai kiai khos yang menjadi salah satu motor pengkritik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Abdurrahman Wahid ini tak mau terlalu lama meninggalkan kewajiban mengajari para santri.
Meskipun terkesan zuhud, Kiai Idris tak mau ketinggalan informasi.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…