`ruang Batin' Para Peziarah

Edisi: 38/32 / Tanggal : 2003-11-23 / Halaman : 66 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko , Sunudyantoro, Wibowo, Kukuh S.

DIA mengaku bernama Umar. Rambutnya panjang. Berkopiah putih. Asalnya dari Pekalongan, Jawa Tengah. Berbaju koko cokelat, mengenakan sarung, ia bersimpuh khusyuk di depan sebuah cungkup beratap sirap yang berbentuk tumpang. Dari bibirnya ia menggumamkan Surat Yasin. Sesekali ia mendaras agak keras. Suaranya seolah mengarah ke makam yang terdapat dalam cungkup gebyok kayu jati yang tak lain makam Sunan Bonang.

Siang itu Dusun Kauman, Tuban, Jawa Timur, lokasi terakhir Sunan Bonang, sepi. Hanya ada empat peziarah. Justru itu membuat suasana syahdu. Selama Ramadan ini, Umar sengaja berkelana ke makam-makam Wali Sanga. Selain di Tuban ia juga akan mendatangi makam Sunan Drajad di Lamongan, Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, dan Sunan Ampel di Surabaya. "Bekalnya hanya tekad," katanya.

Ada banyak orang seperti Umar, mungkin. Tanpa uang, melakukan perjalanan dari makam ke makam. Kita tak tahu apakah yang dicarinya. Ketenangan batinkah, hidayah, karomahkah, atau mungkin sekadar minta rezeki, cari jodoh? Yang jelas, meleset apabila kita menganggap mereka yang bermunajat di sini hanya kalangan tua. Datanglah kemari, bulan Sya'ban, Maulid, dan Zulhijjah, atau puncaknya waktu khol tiap malam Jumat Wage pada bulan Muharam. Pada hari itu bisa dipastikan ratusan ribu peziarah dari segala penjuru Jawa, bahkan dari Sumatera dan Kalimantan, menjejali kompleks makam. Jalan-jalan utama di tengah kota ditutup total selama sehari semalam. Peziarah menyemut sejak dari alun-alun Kota Tuban hingga lokasi makam.

Mungkin itulah yang menarik fotografer Mohammad Iqbal, 32 tahun. Sejak empat tahun lalu ia menapaktilasi perjalanan para wali. "Saya berkelana sebagai seorang musafir, bukan fotografer," katanya. Ia ikut tidur,…

Keywords: -

---

Foto Terkait