Sehelai Kain Belacu Suci Di Kaki Cikurai

Edisi: 26/29 / Tanggal : 2000-09-03 / Halaman : 76 / Rubrik : IQR / Penulis : , ,

SURAT Alfonso de Albuquerque kepada Raja Portugal Manuel pada 1 April 1512 itu membuktikan bahwa sesungguhnya para mualim kita memiliki kemampuan perpetaan yang tinggi. Tapi, di Indonesia, pemetaan tidak berkembang menjadi sebuah "industri". Pada 1882, seorang pemilik perkebunan teh di Garut bernama K. Frederick Holle menulis-catatan hariannya bisa dibaca di Arsip Nasional-ada sebuah peta Kerajaan Pajajaran berkain "Boeh Rarang" yang kemudian disimpan oleh penduduk desa di daerah Gunung Cikurai.

Dan sore itu, di perkebunan kaki Gunung Cikurai, sekitar 15 kilometer sebelah selatan Kota Garut, reporter TEMPO Endah W.S. melakukan sebuah napak tilas perjalanan Holle dan singgah di sebuah gubuk. "Hanya peta, kan," kata Iding Solihin, 78 tahun, sang kuncen, dalam bahasa Sunda. Di atas tikar pandan lusuh, lelaki uzur itu menggumamkan mantra. Lalu, ia meraih tangga bambu dan menyandarkannya ke para-para (plafon) rumah. Di situlah tempat segala yang keramat seperti keris, tasbih, dan bedil disimpan dengan baik.

Dua lipatan kain lusuh dibawanya turun: umbul-umbul perang dan peta. Sesuai dengan peraturan, sang…

Keywords: -

---

Foto Terkait