Wiranto Dalam Tiupan Suling Gus Dur
Edisi: 42/28 / Tanggal : 1999-12-26 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Kuswardono, Arif A. , Prasetya, Adi
KABAR yang semula samar-samar itu semakin lama semakin benderang: Presiden Abdurrahman Wahid dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Jenderal TNI Wiranto mulai renggang. Gema berita itu menyebar, membesar, meluas. Kasak-kusuk terjadi di kalangan elite politik negeri ini. Ada kabar Gus Dur tengah menimbang untuk mempercepat pensiun sang jenderal-atau malah "melepasnya" kalau Wiranto kelak jadi tersangka pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.
Semua ini tercium ke luar sejak 30 November lalu. Ketika itu Kantor Menko Polkam mengeluarkan siaran pers atas nama Presiden Gus Dur setebal sembilan halaman. Isinya: presiden memberi kesempatan untuk diberlakukannya tindakan represif terhadap upaya-upaya separatisme, terutama di Aceh dan Irian. Sikap presiden ini tentu saja mengundang tanda tanya. Soalnya, sebelumnya Gus Dur lebih mengutamakan pendekatan persuasif dalam mengatasi tuntutan merdeka tersebut. Apalagi, ada yang aneh dari "rilis" itu: ejaan nama presiden salah dan rilis dibagikan dalam kertas putih mulus tanpa kop Menko Polkam, apalagi kop kepresidenan. Jelas, Gus Dur seperti di-fait-accompli dalam kasus ini.
Selain kasus itu, kabarnya Wiranto, yang berhobi menyanyi itu, sering bersolo sendirian dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis di TNI. Keputusan untuk menghidupkan lagi jabatan Wakil Panglima TNI, yang saat ini diisi Letnan Jenderal TNI Fachrul Razi, misalnya, adalah gagasannya. Kata sebuah sumber, belakangan Gus Dur kurang sreg dengan cara ini. Apalagi keputusan itu diambil sehari sebelum Wiranto dilantik sebagai Menko Polkam. Artinya, waktu itu seharusnya Wiranto berada dalam posisi "demisioner" dan ia tidak etis, kalau bukan dilarang, mengambil keputusan-keputusan strategis, termasuk mengangkat atau memutasikan pejabat militer. "Banyak sekali kebijakan yang diambil Wiranto tanpa sepengetahuan Gus Dur," kata sumber TEMPO.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…