H.m. Nur El Ibrahimy: "federasi Merupakan Solusi Paling Tepat Untuk Aceh"
Edisi: 42/28 / Tanggal : 1999-12-26 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Setiyardi
MUHAMMAD Nur El Ibrahimy ibarat kaleidoskop dalam perjalanan sejarah Aceh. Al Khalik memberinya usia yang panjang sehingga ia dapat menyaksikan pergolakan demi pergolakan di negeri itu, sejak Perang Cumbok di masa awal kemerdekaan hingga pergolakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-yang kian menghebat dalam dua tahun terakhir ini. Dan Ibrahimy tidak hanya mengamati pergolakan dari jauh. Pada periode 1945-1950, ia terjun langsung ke kancah pertempuran. Ketika pertentangan antara kaum ulama dan para hulubalang-dua kelompok dalam masyarakat Aceh yang secara tradisional berseberangan-memuncak dalam Perang Cumbok (sering juga disebut Peristiwa Cumbok), pria kelahiran Idi, Aceh Timur, ini memimpin pasukan dengan seribu anggota. Pada 12 Januari 1946, ia membawa pasukannya dari Aceh Utara dan Pidie, lalu bergerak dari Bireun untuk menyerang kalangan Cumbok. Lebih merupakan perang saudara, Peristiwa Cumbok dapat diatasi pada tahun 1946 itu juga.
Kendati berpengalaman dalam clash bersenjata, Ibrahimy tidak melanjutkan karirnya di bidang militer. Ia justru merekam pengalaman itu dalam berbagai tulisan. Beberapa bukunya telah diterbitkan, di antaranya tentang Teungku Daud Beureueh, pemimpin Gerakan Daud Beureueh (1953-1962)-dalam buku sejarah ditulis sebagai gerakan pemberontakan. Seluruh perjalanan hidup dan sepak terjang Daud Beureueh-tak lain adalah bapak mertua Ibrahimy-ia kumpulkan dalam buku berjudul Tgk. M. Daud Beureueh: Peranannya dalam Pergolakan di Aceh. Namun, ia sadar, menulis sejarah-lebih-lebih yang mengungkap gejolak revolusi-membuatnya terpaksa menyinggung hal-hal yang telah lama terbenam dan seperti mencoba membangkitkan batang yang terendam. "Maka, dalam hal Aceh, tak semuanya bisa dibicarakan. Ada hal-hal yang sebaiknya kita pendam saja dalam guci-guci sejarah," ujarnya kepada TEMPO.
Pertautan Ibrahimy dengan Teungku Daud-bekas pemberontak yang sangat dimuliakan oleh rakyat Aceh-terjalin melalui pernikahannya dengan Mariamah Nur, anak pertama sang Teungku. Keduanya telah bersama selama 62 tahun. Namun, sembilan tahun terakhir, Mariamah tak bisa lagi bercakap-cakap. Ia terbaring tanpa sadar di tempat tidur akibat stroke. Ternyata bukan hanya itu yang membuat Ibrahimy sulit tidur selama bertahun-tahun. "Tapi juga karena saya memikirkan Aceh," ujarnya dalam suara bergetar. Itu pula alasannya menerima wawancara TEMPO. "Saya ingin sejarah Aceh dituliskan sebagaimana aslinya, tanpa harus diputarbalikkan," ia melanjutkan.
Di masa mudanya (1930-1935), ia belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo. Ketika Aceh bergolak di awal kemerdekaan, Ibrahimy memilih aktif dalam dinas ketentaraan. Pada 1946, ia diangkat menjadi Kepala Staf Penerangan dan Pendidikan Tentara Rakyat Indonesia, Divisi Gajah 1 Aceh, dengan pangkat mayor. Dari bidang militer, ayah empat anak ini kemudian pindah ke dunia parlemen. Ia menjadi anggota DPR RI selama dua periode. Dalam periode pertama (1950-1955), ia mewakili Daerah Aceh. Periode berikutnya (1955-1960), ia duduk sebagai wakil Partai Masyumi.
Kini, dengan uang pensiun sebagai anggota DPR, H.M. Nur El Ibrahimy hidup sederhana. Fisiknya sudah amat rapuh. Namun, ingatannya akan detail-detail sejarah Aceh seperti menggetarkan kembali saraf-sarafnya yang tua. "Beberapa kemelut berdarah membuat Aceh hancur dan terbelakang. Tapi sejarah harus tetap ditulis-bahkan dari kehancuran-untuk memberikan ikhtisar kebenaran kepada generasi yang lebih kemudian," tulis Ibrahimy di salah satu bukunya.
Wartawan TEMPO Setiyardi menemuinya pekan lalu-dalam suasana bulan Ramadan-di kediamannya, di Jalan Tebet Barat IV/16, Jakarta Selatan, untuk sebuah wawancara khusus. "Maaf, saya sudah tidak kuat lagi berpuasa. Sebagai denda, saya membayar fidyah kepada fakir miskin," katanya.
Berikut ini petikan wawancara dengan Ibrahimy.
Aceh dikenal memberikan banyak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…