Seni Dan Masa Lalu Pada Keping Plastik

Edisi: 39/32 / Tanggal : 2003-11-30 / Halaman : 64 / Rubrik : GH / Penulis : Setiadi, Purwanto, Hayati, Istiqomatul , Multazam


SEKEPING plastik berkemampuan menyimpan dan menghadirkan musik, dan masih saja ada orang yang mengoleksinya dan mengelusnya, bahkan mengejarnya ketika zaman sudah beralih dan lebih gandrung pada compact disc (CD), yang lebih ringkas lagi praktis. Mengapa? Plastik itu menjadi barang tak sepele bukan hanya karena bisa menyemburkan, misalnya, vokal lantang Robert Plant dari Led Zeppelin saat melantunkan epik Stairway to Heaven—lagu rock yang sampai sekarang tergolong paling banyak diputar di radio-radio. Bukan pula karena, dengan begitu, pemiliknya bisa terlontar ke masa lalunya kapan saja mau. "Piringan hitam," kata Ilham Affan, yang pernah mengasuh acara musik di beberapa radio di Jakarta, "itu penuh dengan seni."

Plastik itu memang bernama piringan hitam, atau orang juga menyebutnya pelat atau vinyl. Inilah media penyimpan suara—penggunaannya sebagian besar adalah untuk musik—yang perkembangannya bermula dari upaya tak kenal lelah Thomas Alva Edison. Benar, dialah penemu (antara lain) bola lampu. Digunakan secara komersial sejak 1920-an, piringan hitam mencapai zaman keemasannya mulai 1960-an. Orang meninggalkannya 20-an tahun kemudian, ketika CD mulai bisa diandalkan; piringan hitam kini hanya diproduksi terbatas (collector's item), misalnya untuk merilis edisi peringatan ulang tahun ke-30 album Dark Side of the Moon milik Pink Floyd pada April lalu.

Ilham termasuk orang yang sulit melepaskan diri dari piringan hitam. Selain merasa pengalaman musiknya bermula pada zaman ketika piringan hitam berjaya, alasannya, ya, seni itu tadi. Pria berambut gondrong ala 1970-an yang mengaku berumur "deket-deket 50-an" ini memperjelas seni yang ia maksud begini: "Begitu kita hidupkan amplifier, kita harus menunggu dulu, baru kita putar. Kadang-kadang pelatnya nyangkut karena kotor, kita angkat, kita rapikan."

Deretan pekerjaan yang harus dilakukan sebelum itu umumnya sama, siapa pun orangnya, yang mana pun pemutarnya. Mula-mula, ya, mengeluarkan lebih dulu piringan hitam dari jaket pembungkusnya, melihat apakah permukaan piringan berdebu atau tidak, lalu menaruhnya di pemutar, memasang jarum pembaca di atas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…

A
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06

Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…

I
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01

Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…