Siti Hardijanti Rukmana: "jangan Bandingkan Saya Dengan Bapak"
Edisi: 41/32 / Tanggal : 2003-12-14 / Halaman : 32 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sepriyossa, Darmawan, Agustina, Widarsi,
RUANGAN itu masih menyisakan hawa perhelatan hari raya: meja-meja penuh santapan dan minuman, anggota keluarga serta para tamu meriung di sofa-sofa dan kursiâbertukar kabar atau menonton televisi. Sedangkan sang nyonya rumah, Siti Hardijanti Rukmana, terbang dari satu meja ke meja lain menyapa para tamu, menanyakan kabar atau sekadar membujuk mereka mencoba hidangan. "Silakan makan dulu," ujarnya kepada TEMPO.
Seperti potret lama dari masa silam, suasana rumah di Jalan Jusuf Adiwinata 14 itu kembali riuh oleh kehadiran para wartawan pada pekan-pekan terakhir. Semuanya ingin menemui Siti Hardijanti Rukmana, 54 tahun, yang dicalonkan oleh Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pada Rabu pekan silam sebagai presiden 2004. Wajah Tutut, panggilan akrab Siti Hardijanti, yang menghilang bertahun-tahun, kembali terpampang di layar televisi dan berbagai media cetak nasional.
Dan tahun-tahun yang lewat tidak mengikis gaya bekas Menteri Sosial ini menghadapi media; murah mengulas senyum sembari melontarkan kalimat-kalimat campuran dalam bahasa Indonesia dan Jawa: "Piye iki, kok wawancara terus," ujarnya kepada wartawan saat PKPB mengumumkan pencalonannya di Jalan Cimandiri 30, Jakarta Pusat. Lalu, kepada TEMPO, "Nanti aku dikira ge-er (gede rasa), wong belum diminta kok sudah menjawab akan menerima atau menolak," ujarnya.
Siti Hardijanti Rukmana bukan nama baru dalam pentas politik. Dia bertalian erat dengan Soehartoâikon paling fenomenal dari rezim Orde Baru yang tumbang lima tahun silam setelah reli demo mahasiswa dan rakyat mendidihkan udara Jakarta selama berpekan-pekan. Putri sulung Soeharto ini tak serta-merta menerabas ke pelataran politik semasa ayahnya memimpin Orde Baru selama tiga dekade lebih. Dia memulai kariernya di dunia usaha dengan membangun PT Citra Lamtorogung Persada pada pertengahan 1980-an.
Merentang dari bisnis perdagangan umum, konstruksi,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…