Terbang Jauh Tanpa Pilot

Edisi: 42/32 / Tanggal : 2003-12-21 / Halaman : 84 / Rubrik : ILT / Penulis : Jamaludin, Jajang, ,


ANDAI saja Orville Wright dan Wilbur Wright masih hidup hingga minggu ini. Mereka mungkin akan berpesta. Maklum, sejak 17 Desember 1903, ketika dua bersaudara itu menjadi "penerbang" pertama dunia, sangat banyak hal yang bisa dirayakan. Kemajuan teknologi penerbangan hari ini bisa jadi tak pernah melintas di benak mereka.

Hanya dalam satu generasi, penerbangan melompat dari pesawat berbaling-baling ke pesawat jet. Kurang dari setengah abad, penerus Wright bersaudara bisa melampaui kecepatan suara. Pada 1980-an, manusia bisa membuat pesawat terbang berteknologi siluman (stealth) yang dapat mengelak dari tangkapan radar. "Era pertama penerbangan telah ditandai kemajuan yang sulit dipercaya. Betapa tinggi, betapa jauh, dan betapa cepatnya manusia bisa terbang," kata Phil Condit, Direktur Eksekutif Boeing Corporation.

Jika dibandingkan dengan sejarah peradaban manusia, usia penerbangan bermesin masih tergolong belia. Wajar saja jika ambisi ahli engineering penerbangan masih menyala-nyala. Seperti tak mengenal lelah, mereka terus melontarkan mimpi-mimpi jauh ke depan. Mereka terus bertanya, adakah pesawat terbang yang lebih cepat, lebih besar, dan lebih aman.

Kunci jawabannya sebagian terletak pada kemajuan ilmu komputer yang luar biasa. Berkat revolusi aplikasi avionic (aviation electronic), sistem penerbangan serba otomatis, pesawat terbang akan semakin pintar, bahkan jenius. Pesawat tempur generasi F/A-22 Raptor (Amerika Serikat), F-35 Joint Strike Fighter (AS dan Inggris), dan Sukhoi-47 Berkut (Rusia), misalnya, memamerkan hampir segenap isi otak para pakar penerbangan dunia.

Kemajuan terpenting yang diramalkan bakal menjadi tonggak teknologi penerbangan beberapa abad ke depan adalah teknologi pesawat tanpa pilot (unmanned aerial vehicles atau UAVs). "Sementara Wright bersaudara berjuang untuk menempatkan orang di pesawat, sekarang kita berjuang untuk mengeluarkan orang dari pesawat," kata George Muellner, mantan penerbang pesawat tempur yang kini menjadi Senior Vice President Boeing.

Teknologi UAVs memang telah menebarkan pemahaman baru bagaimana peperangan seharusnya digelar. Dipelopori pesawat RQ-1 Predator dan RQ-4 Global Hawk, generasi UAVs seperti menghasilkan "burung-burung" pengintai yang bisa berkeliaran di daerah sengketa. Dipadukan dengan teknologi siluman, pesawat UAVs bisa terbang tanpa diketahui musuh dalam waktu yang melewati batas kelelahan seorang pilot, kemudian melapor kepada komandan perang di belahan bumi yang lain. "Untuk tugas-tugas yang konyol, curang, dan berbahaya, kita ingin mengeluarkan pilot dari ruang kokpit," ujar Muellner.

Untuk versi yang lebih maju, Badan Aeronautika…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

E
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14

Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…

I
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16

Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…

P
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05

Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…