Bisnis 'dotcom' Atau Realitas Duni Maya Indonesia

Edisi: 22/29 / Tanggal : 2000-08-06 / Halaman : 91 / Rubrik : SUP / Penulis : , ,


Bila inernet menjadi iklan, mestinya dunia maya ini dipercayai memang dikenal banyak kalangan. Bila ia dikenal banyak kalngan, logikanya dotcom-dotcom--situs-situs komersial--memang berkembang. Benarkah demikian? R.M. Suryo, pakar komputer dan pengamat internet yang juga dosen di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menulis untuk TEMPO peta per-dotcom-an kita dewasa ini.

***

Bisnis 'Dotcom': Antara Harapan & Kenyataan
Oleh R.M. Roy Suryo

BISNIS dotcom, "nama yang sangat menjanjikan pada awalnya, tetapi kenyataan perkembangannya kemudian ternyata tidaklah secerah apa yang dijanjikannya". Kalimat di atas agaknya mulai mendekati kenyataan akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, karena semuanya bermimpi akan bisa sesukses Jeffrey P. Bezos dengan Amazon.com-nya, banyak perusahaan yang kemudian latah dan ikut-ikutan membangun bisnis berbasis internet ini.

Di Indonesia sendiri sebut saja, selain Lippo, ada Bakrie, Peter Gontha, Peter Sondakh (Grup Rajawali), Salim, Edward Soeryadjaya, Ciputra, dan Sinar Mas, yang tergiur beramai-ramai terjun ke bisnis ini. Diilhami oleh sukses merger AOL & Time Werner, situs web88888.com milik Peter Gontha tersebut diluncurkan, demikian juga dengan Portal Nusanetwork.com milik Bakrie. Lain Gontha dan Bakrie, Edward Soeryadjaya pun kembali ke Indonesia dengan fokus menekuni bisnis ini. Dengan bendera L&M Investment dari Singapura, Edward menggarap proyek Kemayoran Cybercity dan masih banyak lagi.

Sementara itu, perlu diingat pula sukses TEMPO Interaktif dan detik.com sebagai situs berita online, yang membuat lahirnya Mandiri.com, Astaga.com, Kompas Cybermedia, Satunet.com, dan Catcha.co.id. Meski akhirnya di antaranya tampak perbedaan spesifik dalam layanannya, kesemuanya tetap menyajikan berita aktual sebagai daya tarik utama bagi pengaksesnya. Fenomena berita ini memang unik bagi Indonesia, karena kebetulan memang lahirnya situs-situs tersebut didasari oleh kehausan masyarakat akan berita aktual pada saat-saat akhir pemerintahan presiden kedua Indonesia, Soeharto, karena sebelumnya masyarakat hanya mendapatkannya dari mailing list semacam Apakabar.

Munculnya pemain baru dalam bisnis media online dan portal internet semula dianggap biasa saja oleh banyak orang. Sekadar sebuah fenomena ikut-ikutan terhadap apa yang terjadi di negara asalnya, Amerika. Tetapi, ketika ada sebuah perusahaan menginvestasikan US$ 7,5 juta untuk masuk ke bisnis ini di Indonesia, orang pun tercengang-cengang. Astaga.com-lah yang dimaksud. Dengan modal US$ 7,5 juta pada 1-st round financing-nya, situs yang pada awalnya berani beberapa kali beriklan sehalaman penuh di harian nasional terkemuka ini sekarang tampak tidak secerah impiannya. Meski sudah menggandeng beberapa investor sekaligus: Batavia Investment Management (mayoritas), Olympus Capital Partners (a.l. Capital Z, Bank of America), dan Design Matter, munculnya rumor…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
TEMPO DAN DUNIA YANG BUNDAR
1991-03-09

Pada ulang tahun ke-20, tempo menerbitkan edisi khusus yang menampilkan "duta-duta" tempo yang berhubungan dengan…

P
PESTA, PRESTASI DAN BISNIS
1989-08-26

Sea games xv di kuala lumpur dari 20 agustus 1989 s/d 31 agustus 1989. diikuti…

M
MEREKA YANG TERBAIK
1989-09-09

Sea games xv di kuala lumpur, dengan indonesia menjadi juara umum. nurul huda & eric…