Ahmad Syfi'i Ma'arif "hubungan Muhammadiyah Dan Nu Seperti Rel Kereta Api"

Edisi: 20/29 / Tanggal : 2000-07-23 / Halaman : 37 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


PENYAIR besar Persia Jalaluddin Rumi, dalam Matsnawi, salah satu karya monumentalnya, menuliskan, "Jika tiada cinta, dunia akan membeku." Dan Ahmad Syafi'i Ma'arif meminjam petikan sang Sufi untuk mengawali bab pertama Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia: ".... Cintalah yang semestinya menjadi pilar utama bagi asas hubungan antarmanusia, antarbangsa, antarkebudayaan, antarsistem hidup yang berbeda...." Buku ini dia kerjakan di sela-sela masa mengajarnya di Institute of Islamic Studies, McGill University, di Montreal, Kanada, pada 1993. Buku itu-satu dari sejumlah karya ilmiah yang dia hasilkan-adalah cermin betapa Ahmad Syafi'i Ma'arif tak pernah melepaskan aspek religi dalam setiap pergulatannya dengan ilmu.

Tapi ilmu dan kampus tak bisa lagi semata-mata menjadi pusat perhatian guru besar filsafat sejarah Universitas Negeri (dulu IKIP) Yogyakarta ini. Sejak dua pekan lalu, ia juga harus membagi hidupnya dengan 28 juta umat, setelah Muktamar Ke-44 Muhammadiyah (8-11 Juli 2000) memilihnya secara aklamasi untuk memimpin organisasi raksasa nomor dua di Indonesia. "Saya dapat terpilih karena saya memahami roh Muhammadiyah," ujarnya dalam aksen Minang yang kental.

Kehadirannya di kursi pimpinan Muhammadiyah ibarat melanjutkan tradisi kepemimpinan intelektual yang dirintis sahabat dan rekan sekampusnya di Universitas Chicago: Amien Rais. Naiknya Syafi'i juga membawa warna baru dalam organisasi yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta, pada 1912 itu. Sebagai urang awak, ia menerobos "dominasi kauman" dalam tradisi kepemimpinan Muhammadiyah.

Sejak belia, pria yang lahir di Sampurkudus, Sawahlunto, Sumatra Barat, pada 31 Mei 1935 ini telah mengenal Muhammadiyah-ia menempuh pendidikan menengahnya di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Di kota yang sama, ayah tiga anak ini-dua di antaranya telah meninggal-menamatkan studi sarjana di Jurusan Pendidikan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (kini Universitas Negeri) Yogyakarta pada 1968.

Studi sejarah kemudian ia teruskan di Ohio State University hingga ia menamatkan jenjang master (1980). Gelar doktornya di bidang pemikiran Islam diraihnya dari Universitas Chicago (1983). Selepas studi, ia kembali ke Indonesia untuk mengajar sembari terus aktif di Muhammadiyah.

Syafi'i bukanlah wajah baru dalam kepengurusan pusat organisasi ini. Pada muktamar ke-43 di Aceh pada 1995, ia terpilih mendampingi Amien Rais sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Dua sekawan ini datang dari latar belakang dunia akademi. Toh, di tengah masyarakat-setidaknya di Yogyakarta, tempatnya merantau bertahun-tahun-orang lebih mengenalnya sebagai agamawan ketimbang cendekiawan. Tapi dua hal ini, menurut Syafi'i, harus dijalankan dengan sama seriusnya. Sebab, cendekiawan muslim "haruslah menjadi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…