Yang Gelisah Di Pelukan Ibu Pertiwi

Edisi: 37/28 / Tanggal : 1999-11-21 / Halaman : 39 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Gaban, Farid , Farza, J. Kamal , Bakri, Zainal


Lindong gata seugala nyang Mujahiddin Jeut-jeut mukim ya mukim Aceh Meurdeka...
(Allah lindungimu ya Mujahiddin Kampung demi kampung, Aceh Merdeka)

DI Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pekan lalu, rakyat provinsi itu mengirimkan dua pesan penting kepada para politisi di Jakarta. Berkumpul dalam jumlah sangat besar ("Jumlah yang belum pernah saya saksikan sepanjang hidup," kata seorang peserta berusia 53 tahun), mereka menuntut referendum-secara damai. Namun, mereka juga menyanyikan syair lagu perjuangan klasik era Cut Nyak Dhien, seperti Hikayat Prang Sabi itu, yang dengan mudah bisa ditafsirkan sebagai kesediaan berkubang darah jika tuntutan damai tadi tak dipenuhi.

"Referendum adalah permintaan wajar rakyat Aceh," kata Cut Nurasikin, satu-satunya perempuan yang berpidato di depan massa hari itu. "Demi Allah, saya siap berjuang bagi suksesnya referendum, meskipun harus berperang. Saya siap mati untuk Aceh." Dan gemuruh suara Allahu Akbar menyambutnya.

Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA), lembaga yang dibentuk para mahasiswa untuk memotori protes besar itu, memberi pemerintahan Abdurrahman Wahid waktu untuk menjawab tuntutan mereka hingga 4 Desember mendatang. "Bila (referendum) tak dilaksanakan tahun depan, kemungkinan besar semua elemen rakyat Aceh akan menjadi gerilyawan atau berjuang total untuk kemerdekaan," kata Muhammad Nazar, Koordinator Presidium Pusat SIRA, pemuda berumur 26 tahun itu.

Inilah protes gerakan separatis terbesar dalam sejarah Indonesia. Peristiwa pekan lalu itu tak hanya akan menentukan masa depan Aceh, tapi juga Indonesia secara keseluruhan.

Tak hanya di masjid itu. Jantung Banda Aceh, ibu kota provinsi, tenggelam dalam lautan manusia dengan tulisan dan teriakan sama: "Kamoe Lake Referendum" atau "Kami Minta Referendum". Dari segala penjuru provinsi, orang berdatangan dalam konvoi truk, pikap, bus, dan kendaraan roda dua, mengenakan ikat kepala putih bertulisan "Referendum" warna biru, sambil sesekali meneriakkan "Hidup Aceh" dan "Muak dengan Indonesia!"

Di berbagai tempat, laki-perempuan dan tua-muda mengantar para wakil mereka untuk menghadiri apa yang mereka sebut sebagai Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum (SU-MPR)-humor getir untuk…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…