Mereka, Para Pemberontak Itu

Edisi: 36/28 / Tanggal : 1999-11-14 / Halaman : 47 / Rubrik : LAY / Penulis : Budiman, Irfan , Yasin, Ali Nur , Idayanie, L.N.


Seni rupa adalah media yang digunakan untuk memaparkan realitas yang terjadi di masyarakat, yang sayangnya justru banyak yang bernada minor. Buat para seniman ini, seni bukanlah kertas pembungkus yang bisa menihilkan keburaman. Tapi dia bercerita tentang keadaan seadanya. Siapa saja mereka? Berikut beberapa di antaranya.

F.X. HARSONO

Namanya mencuat ketika bersama dengan beberapa temannya menjadi pelopor Gerakan Seni Rupa baru pada 1975. Ketika itu F.X. Harsono membuat sebuah karya seni yang tergolong menyimpang dalam seni rupa konvensional. Dia membuat sebuah lukisan yang ditempeli dan diberi hiasan berbagai material. "Saat itu saya mencoba membuat sebuah karya yang tidak terikat dengan pakem yang ada. Pokoknya, menuangkan semua ide yang muncul dalam bentuk kreativitas," kata Harsono.

Lukisan itu kontan saja membuat para pelukis angkatan tua terkejut. Mereka menilai karya itu tidak memiliki ide dan jiwa. Padahal, menurut Harsono dan kawan-kawannya, dalam seni lukis harus ada yang namanya kepribadian. Kalangan seniman ini, yang saat itu dianggap sebagai seniman yang muda usia, memiliki visi yang berbeda dari para seniman angkatan yang lebih tua. Mereka menganggap bahwa kepribadian yang dimaksud para seniornya selama ini sangat sempit, yakni kepribadian yang "harus menemukan bentuk dan warna yang khusus. Dan itu harus diulang-ulang. Kami tak setuju dengan cara begitu," ujar Harsono.

Harsono mendalami seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Namun, pendidikan formal itu tak selesai lantaran dia dipaksa keluar oleh pihak rektorat. Gara-garanya, ulahnya dengan pernyataan Desember Hitam. Kelompok seniman ini mengirim karangan bunga kepada pelukis besar; sebuah protes terhadap pembatasan kreativitas. Para pelukis tua marah. "Saya dianggap sebagai motor dalam gerakan Desember Hitam. Pihak ASRI meminta saya keluar dari kampus." Selanjutnya, dia menuntut ilmu di Institut Kesenian Jakarta (1987-1991).

Lahir di Blitar, Jawa Timur, 22 Maret 1949, Harsono kemudian aktif menciptakan ratusan karya seni instalasi. Pameran tunggalnya, Suara (1994), memaparkan peristiwa pembangunan waduk oleh pemerintah yang menimbulkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…