Ali Sadikin: "soal Judi Adalah Tanggung Jawab Saya Pribadi Kepada Tuhan"
Edisi: 18/29 / Tanggal : 2000-07-09 / Halaman : 41 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
JAKARTA baru berulang tahun ke-473. Dan orang terkenang kembali pada seorang gubernur yang pernah memimpin DKI Jakarta Raya (Jaya) dengan gaya tegas, cerdas, dan kreatif. "Jadi ingat zaman Bang Ali dan Mpok Nani. Dulu kita bisa nonton Malam Muda-Mudi di Jalan Thamrin sampai larut," ujar Opah, 54 tahun, warga Kwitang. Ia teringat Jakarta 30 tahun lalu, tatkala menyaksikan keramaian perahu dan ondel-ondel dalam Festival Pasarbaru di Sungai Ciliwung, yang diadakan dalam rangka hari jadi Jakarta, 22 Juni silam.
Sesungguhnya Ali Sadikin bukan cuma dikenang warga Jakarta. Ia juga layak dicatat dalam sejarah Ibu Kota. Ia gubernur paling muda dari 11 gubernur yang pernah memimpin daerah ini. Ia "turun pangkat" dari menteri koordinator menjadi gubernur, tak lain karena Presiden Sukarno menganggap Jakarta-pada pertengahan 1960-an-perlu dipimpin oleh sosok penuh disiplin seperti Ali Sadikin.
Di mata Bung Karno, perwira tinggi marinir ini-saat itu ia berpangkat Mayor Jenderal KKO (Korps Komando, kini Korps Marinir)-adalah figur yang cerdas, punya ambisi, dan een beetje koppigheid alias sedikit keras kepala. Sifat-sifat ini, menurut sang Presiden, amat diperlukan untuk "mengendalikan" Jakarta yang semrawut. Pada 28 April 1966, Presiden melantiknya sebagai Gubernur DKI Jaya-di Istana Negara-dalam usia belum genap 39 tahun. Mengenakan seragam marinir putih bersih, Bang Ali-sebutan akrabnya-tampak begitu gagah, berdampingan dengan istrinya yang charming: dokter gigi Nani Sadikin.
Lantas, apa yang dia hadapi setelah upacara pelantikan itu? Sebuah Jakarta yang bobrok. Sarana lalu lintas amat minim dan buruk. Jalanan berlubang di semua pelosok kota. Permukiman kumuh terlihat mencolok, gang-gang becek dan kotor. Belum lagi tekanan krisis ekonomi, dengan laju inflasi yang mencapai angka 650 persen. Di samping itu, ada 24.700 pegawai di DKI yang harus dihidupi. Untuk menggelindingkan roda Pemda DKI, pemerintah pusat cuma sanggup memberinya Rp 66 juta. Sekalipun begitu, bagi Bang Ali, tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk ditaklukkan. Pria kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927, itu mampu menyulap wajah Jakarta menjadi kinclong dalam dua periode jabatan (1966-1977). Ia juga mendongkrak pendapatan pemda dari Rp 66 juta per tahun menjadi Rp 122 miliar per tahun pada 1977.
Prestasi ini tak cuma mengundang puji-puja. Bang Ali pernah dituding sebagai gubenur maksiat dan judi oleh kaum ulama. Mereka sangat tidak berkenan akan kebijakannya meresmikan judi dan melokalisasi pekerja seks di Kramat-tunggak, Jakarta Utara. Tapi Ali Sadikin tak gentar. Ia punya alasan: lokalisasi perlu untuk membersihkan pelacur dari jalanan Ibu Kota dan mempermudah kontrol kesehatan mereka. Sedangkan perjudian dilegalisasi karena selain bisa dikontrol, juga mendatangkan pajak yang cukup besar bagi Pemda DKI. Selain perjudian, bar, dan panti pijat-mendapat izin resmi-juga segera menjamur di pusat keramaian Jakarta.
Berbekal uang judi, antara lain, sang Gubernur mempercantik Ibu Kota dengan membangun Taman Impian Jaya Ancol, Monas, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Fair, Proyek Senen, Sekolah Olahraga Ragunan. Ia mendirikan halte bus dan jalanan Ibu Kota, serta sejumlah proyek lain. Ia juga berhasil mendapat pinjaman Bank Dunia untuk Proyek Perbaikan Kampung MHT (Muhamad Husni Thamrin)-proyek paling besar sepanjang karirnya sebagai gubernur.
Ali Sadikin juga mudah dikenang karena sikapnya galak. Ia tak segan melontarkan kata-kata yang pedas. Ia juga enteng saja melayangkan tinju manakala terlihat olehnya polisi curang atau calo yang petantang-petenteng memeras masyarakat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…