Posisi Para Menteri Sudah Tepat

Edisi: 35/28 / Tanggal : 1999-11-07 / Halaman : 12 / Rubrik : MON / Penulis : , ,


PRESIDEN Abdurrahman Wahid sudah menetapkan 35 anggota kabinetnya, melar dari rencana semula, 25 menteri. Rupanya, mekarnya kabinet ini karena Gus Dur, demikian presiden baru itu biasa disapa, ingin agar kabinetnya komplet. Tak aneh jika Gus Dur memilih para menteri dari berbagai kalangan, dari orang-orang partai, lembaga swadaya masyarakat (LSM), militer, pengusaha, sampai teknokrat. Selain itu, hampir semua suku-suku besar di Indonesia terwakili, dari Aceh sampai Irianjaya. Pendek kata, Kabinet Persatuan Nasional, diharapkan bisa memenuhi aspirasi dan keinginan semua ke-lompok atau golongan di Indonesia.

Tapi, apakah keinginan masyarakat mengenai anggota kabinet yang berkualitas terpenuhi? Harapan itu tampaknya terpenuhi karena sebagian besar responden menjawab bahwa anggota kabinet Gus Dur cukup berkualitas. Responden agaknya melihat banyaknya menteri yang punya gelar akademis tinggi sebagai salah satu indikatornya. Meskipun demikian, yang menganggap kualitas anggota kabinet ini biasa-biasa saja juga cukup besar.

Sebagian responden juga menilai bahwa para menteri kabinet Gus Dur sudah dipilih berdasarkan profesionalitas masing-masing. Tampaknya, pengaruh gelar masih cukup besar dan sering dianggap identik dengan profesionalitas seseorang. Tapi, yang menjawab "tidak" juga besar, yakni separuh dari yang menjawab "ya". Responden yang menjawab "tidak tahu" juga cukup besar, sama dengan yang menjawab "tidak". Ini menunjukkan bahwa responden masih banyak yang belum mengenal anggota kabinet.

Kendati demikian, sebagian besar responden menilai bahwa Gus Dur sudah memilih orang yang tepat. Beberapa menteri yang mendapatkan nilai lumayan bagus dari responden antara lain Men-ko Ekuin Kwik Kian Gie, Menteri Hukum dan Perundang-un-dangan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, dan Panglima TNI Lak-samana Widodo A.S. Pilihan ini tidaklah berlebihan mengingat pengalaman dan reputasi mereka selama ini. Kwik, misalnya, di-kenal sebagai ekonom yang lantang bersuara mengkritik berbagai kebijakan ekonomi pemerintahan Soeharto dan Habibie.

Sebaliknya, menteri yang mendapat penilaian tidak cocok pa-ling besar adalah Menko Polkam Jenderal TNI Wiranto. Dari responden yang menilainya tidak cocok, sebagian besar minta agar bekas Panglima TNI itu diganti. Peringkat kedua adalah Men-teri Pertamben Letjen TNI Agum Gumelar. Pilihan ini agaknya paralel dengan penolakan masyarakat terhadap dwifungsi TNI.

Sebagian responden ternyata juga menilai ada menteri yang dianggap tidak terlalu pas, meski tak sampai dinilai tidak cocok. Empat nama yang nilai kecocokannya di bawah 50 persen adalah Meneg Lingkungan Hidup Dr. Alexander Soni Keraf, Menteri Pertanian Dr. Ir. M. Prakosa, Meneg Pariwisata…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Habibie Tak Layak Dicalonkan
1999-03-15

Publik melihat kasus rekaman telepon habibie-ghalib sebagai skandal politik. mereka menuntut pertanggungjawaban habibie dan menolak…

R
REFERENDUM UNTUK TIMOR LESTE
1999-02-15

Mayoritas responden keberatan melepas tim-tim. referendum sebagai jalan keluar. keberhasilan indoktrinisasi orde baru?

A
Antara Perkosaan dan Pelecehan Seksual
1998-10-03

Sebagian besar responden percaya perkosaan massal terjadi pada bulan mei lalu di jakarta. menunrt mereka…