Vokalis Yang Turun Panggung

Edisi: 29/21 / Tanggal : 1991-09-14 / Halaman : 31 / Rubrik : NAS / Penulis :


Beberapa tokoh yang vokal dan menonjol tak lagi duduk di DPR. Ada yang
mengundurkan diri, seperti Kharis Suhud. Ada juga yang terdepak keluar.

; SELAMA lima tahun, bahkan ada yang lebih, mereka sudah memberi nuansa sendiri
pada Dewan Perwakilan Rakyat. Bahkan mungkin juga mereka mematok sejarah
sekalipun itu dianggap kecil.

; Mereka lantas dikenal sebagai anggota yang vokal. Kata ini memang khas. Tapi
gampang diartikan, mereka suka berkomentar di surat kabar maupun di
persidangan Dewan. Mereka jelas kawan baik wartawan. Tak sebatas itu, mereka
kadang melontarkan ide-ide atau gagasan yang kadang mengagetkan dan pertanyaan
yang tajam dalam dengar pendapat dengan Pemerintah.

; Dalam daftar calon yang baru, beberapa di antara mereka tak lagi masuk
nominasi. Ini wajar saja. Bahkan justru lebih banyak anggota pendiam yang tak
lagi kembali ke Senayan seusai Pemilu 1992 nanti. Namun, beberapa nama ini
tentu tak akan lewat begitu saja, sekalipun mereka tak lagi berkiprah sebagai
anggota DPR.

; MOHAMAD KHARIS SUHUD Usianya memang cukup lanjut. Tahun 1992 nanti, Kharis
Suhud akan mencapai 67 tahun. Itu sebabnya ia tak lagi masuk di urutan atas
daftar calon anggota DPR dari Golkar. Sampai hasil pertemuan tiga jalur Rabu
pekan lalu, ia dipasang di urutan nomor 63 untuk Jawa Timur, daerah asalnya.
Berarti, ia akan meninggalkan DPR. Konon, menurut sebuah sumber, ini atas
permintaan Kharis sendiri. Surat permohonan pengunduran dirinya sudah diajukan
31 Agustus yang lalu.

; Ketika dikonfirmasikan, Kharis rendah hati mengakui bahwa ia memang sudah tak
mungkin lagi aktif di DPR. Kesehatannya tak memungkinkan untuk itu. "Saya ini
orang cacat. Tulang punggung saya sudah retak, saya tak bisa membungkuk lagi.
Kalau memimpin sidang, setiap dua jam saya harus ke kamar kecil."

; Sekalipun demikian, Kharis belum kehilangan semangatnya. Ia masih menganggap
dirinya adalah kader Golkar. Kalau toh sangat diperlukan, ia mengaku siap.
Asal, kondisi kesehatan yang kurang baik itu dipertimbangkan. Namun, "Saya
sebenarnya tak punya rencana apa-apa, saya ingin istirahat."

; Kharis Suhud adalah Ketua DPR/MPR untuk periode 1987-1992 ini. Sekalipun
demikian, letnan jenderal purnawirawan ini dikenal rendah hati. Ada cerita di
salah satu pertemuan dalam Sidang Umum MPR 1988 lalu. Kala itu perebutan kursi
wapres antara Sudharmono dan H.J. Naro sedang seru-serunya. Kharis adalah
tokoh yang paling diuber wartawan. Ia lalu membuat konperensi pers di salah
satu ruangan. Sedemikian penuh sesak wartawan, sampai-sampai ada yang naik
meja segala. Kursi dilanggar berantakan. Pokoknya, suasana ingar-bingar penuh
kekacauan.

; Suasana non-protokoler yang keterlaluan ini akhirnya membuat Kharis tak
tahan. "Saudara-saudara mestinya tertib. Menurut urutan protokol saya ini kan
orang nomor tiga di republik ini, mbok ya sedikit dihargai," katanya dengan
nada datar tanpa marah. Tak pelak lagi ruangan jadi sepi, satu per satu
wartawan yang di atas meja menggelesot turun.

; Sebagai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?