Penyamun Di Sarang Bulog

Edisi: 16/29 / Tanggal : 2000-06-25 / Halaman : 28 / Rubrik : NAS / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Jamaludin, Jajang , Hidayat, Agus


BUSTANIL Arifin mungkin telah memiliki segalanya. Selama 20 tahun menjabat kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), dia adalah salah satu pejabat paling berkuasa di Republik. Kekayaannya jangan dibilang. Data sebuah lembaga auditor menunjukkan, dari Januari 1997 hingga Agustus 1998 saja, mutasi dana dari 17 rekening pribadinya di dalam dan luar negeri mencapai nilai Rp 35,5 miliar. Namanya pun dicatat sejarah sebagai arsitek dana nonbujeter Bulog.

Cuma ada satu hal yang tak dimilikinya: rasa bersalah. "Apa salah kalau saya memakai dana hasil usaha sendiri? Penyelewengannya apa, sih?" katanya berulang kali kepada TEMPO. Padahal, hasil karyanya itu kini tengah banyak dipersoalkan. Pos dana nonbujeter Bulog-sebagaimana kas serupa lainnya di banyak departemen-telah menjelma begitu rupa menjadi sarang korupsi para penyamun berdasi.

Dokumen penyelidikan tim Komisi III DPR menunjukkannya. Arus uang keluar selama lima tahun anggaran (1994/1995-1998/1999) menunjukkan adanya penyelewengan Rp 2 triliun lebih (lihat infografik). Kerugian negara dari pembobolan kas ini sudah bergunung-gunung. Makin ditelusuri, jumlahnya kian membengkak.

Menurut koordinator tim, Widjanarko Puspoyo, dari PDI Perjuangan, audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada dua tahun anggaran saja (1997/1998-1998/1999) sudah menunjuk angka Rp 2,86 triliun. Hasil audit Arthur Andersen, misalnya, menyatakan bahwa selama lima tahun terakhir, Bulog mengalami inefisiensi tak kurang dari Rp 7 triliun. Kuat diduga, sejak pos "siluman" ini diciptakan Bustanil pada 1982, total sudah sekitar Rp 100 triliun uang negara dihamburkan.

Lembaga penyangga ini memang bak lumbung uang. Dana mengucur begitu saja dari keuntungan impor berbagai komoditi-beras, terigu, gula, gandum, kacang kedelai-yang dimonopolinya. Bayangkan, jika impor beras rata-rata 2 juta ton saja, dana yang masuk ke pos dana taktis…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?