Sebuah Sekolah Di Pulau Sampah

Edisi: 32/28 / Tanggal : 1999-10-17 / Halaman : 56 / Rubrik : PDK / Penulis : Bektiati, Bina , Hidayat, Agus , Setiawan, Iwan


BANGUNAN tembok bercat kusam itu tidak memancarkan gambaran sebuah kelas SD. Sebagian dindingnya terdiri dari anyaman kawat jaring, lantainya kotor dan meruapkan bau yang mengundang denging lalat-lalat besar yang beterbangan. Asap putih yang membuat mata pedih tak menghalangi tingka laku anak-anak yang "berseragam" serampangan itu-putih-merah, pramuka, bersepatu, tak bersepatu-untuk berlarian, naik ke atas meja, dan mengacak-acak buku di perpustakaan. Sedangkan sang ibu guru, yang duduk di depan kelas, tetap mengajar dengan sabar, tanpa menegur anak didiknya yang semrawut itu.

Harap maklum, itu adalah suasana Sekolah Dasar Bantargebang, sekolah khusus untuk anak-anak yang tinggal dan bekerja di area penimbunan sampah seluas 100 hektare di Bekasi, Jawa Barat. Bantargebang, sebagai satu-satunya tempat pembuangan sampah terakhir untuk kawasan Jakarta dan Bekasi sejak 10 tahun silam, telah menjelma menjadi "pulau sampah" yang kelabakan dengan overload sampahnya. Setiap hari ada sekitar 22 ribu meter kubik sampah yang tumpah-ruah. Padahal, kapasitas pengolahannya hanya 14 ribu meter kubik (Tempo, 19 September 1999).

Di antara reriungan sampah dan asap itulah 185 murid Bantargebang menerima pendidikan. Sekolah yang dimulai dari kelas I hingga V itu-mereka memang belum memiliki kelas VI--seolah memiliki kebebasan. Ia dibangun secara…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14

Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…

S
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16

Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…

T
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16

Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…