Wiranto: "netral Tidak Berarti Abstain"

Edisi: 31/28 / Tanggal : 1999-10-10 / Halaman : 22 / Rubrik : LAPUT / Penulis : , ,


Di dalam negeri, mahasiswa masih terus giat berdemo menentang dwifungsi militer dan meminta pertanggungjawaban tentara atas berbagai kejadian di Tanah Air. Maklum, tragedi Aceh, Ambon, Timor Timur, dan peristiwa Semanggi I serta II memang berkaitan dengan kinerja TNI. Sementara itu, pihak internasional sedang melempar tudingan bahwa militer bertanggung jawab terhadap pembunuhan massal yang terjadi di bumi Loro Sa'e. Karena itu, Jenderal Wiranto, selaku Panglima TNI, diancam akan divonis sebagai penjahat perang bersama para pimpinan milisi Timor Timur.

Untunglah, mendung gelap TNI ini masih dilingkari sinar harapan. Di arena politik, dukungan sang Jenderal dan suara TNI justru sedang laris "diperebutkan" oleh beberapa partai politik. Partai Golkar malah secara terbuka telah menyebut nama Wiranto sebagai calon wakil presiden. Selain itu, potensi militer sebagai "king maker" memang tak dapat diabaikan dan upaya reformasi internal yang sedang dilakukan tampaknya mulai memulihkan wibawa institusi keamanan ini.

Barangkali itu sebabnya wajah Panglima TNI ini terlihat cerah dan penuh percaya diri ketika menerima wartawan TEMPO Bambang Harymurti, Andari Karina Anom, Darmawan Sepriyossa, dan fotografer Rully Kesuma di Wisma Yani, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Sabtu lalu. Berikut adalah petikan wawancara tersebut:

Ke mana suara 38 kursi Fraksi TNI/Polri akan diberikan pada Sidang Umum MPR ini?

Kursi fraksi yang 38 itu adalah bagian dari Majelis, yang merupakan representasi rakyat. Mereka akan mencermati, menyerap, dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam Majelis. Yang jelas, orientasi suara mereka yang 38 itu pasti pada kepentingan bangsa dan negara; tidak untuk kepentingan golongan, bahkan tidak untuk kepentingan TNI semata.

Jadi, mereka akan diarahkan untuk tidak menggunakan hak pilihnya?

Bukan begitu. Yang saya katakan waktu itu, anggota Fraksi ABRI akan menggunakan haknya, sama seperti anggota-anggota yang lain. Artinya, dia bisa memilih A, B, atau C. Tetapi semua itu dilandasi dengan landasan pemikiran bahwa itu untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia secara keseluruhan, bukan buat TNI, bukan buat orang seorang. Kalaupun nantinya mereka abstain, itu pun merupakan pilihan. Tapi, netral tidak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…