Tni Dan Timor Timur
Edisi: 31/28 / Tanggal : 1999-10-10 / Halaman : 32 / Rubrik : KL / Penulis : Liddle, R. William , ,
Sehari setelah jajak pendapat, orang-orang milisi mengamuk-tanpa ada hambatan yang berarti-dan dalam perbuatan yang tidak terpuji itu mereka mendapat bantuan langsung dari pihak Indonesia, khususnya polisi dan TNI Angkatan Darat. Pusat Kota Dili dibakar, sementara pendukung kemerdekaan dibunuh, dikeroyok, atau diusir dari rumah dan desa mereka. Sekitar 200 ribu orang terpaksa mengungsi ke Kupang dan daerah lain untuk mencari keselamatan.
Bagaimana kita bisa menjelaskan perilaku yang sangat merusakkan reputasi TNI dan pemerintah Indonesia di mata dunia itu? Baru-baru ini-beberapa hari sebelum Presiden Habibie menyetujui penggantian pasukan TNI dengan pasukan PBB-saya diundang ke Washington untuk ikut dalam sebuah seminar sehari mengenai masalah tersebut. Penyelenggara seminar itu adalah United States-Indonesia Society (Usindo), sebuah lembaga swasta yang, meskipun pro-Indonesia dalam arti luas, selalu berusaha menampilkan pembicara yang mewakili berbagai segi pandangan.
Pada hari itu, saya tampil sebagai pembicara yang keempat dan terakhir. Saya diperkenalkan sebagai pakar TNI oleh Ed Masters, bekas duta besar Amerika di Jakarta yang kini memimpin Usindo. Ketika saya mulai berbicara, suara saya terasa bergetar. Sebab, saya tahu, meskipun pengetahuan saya tentang TNI sebetulnya minim, saya harus mengemukakan dan mempertahankan sebuah pendapat mengenai masalah yang sangat serius. Sebagai pembicara terakhir, saya bisa tahu bahwa pendapat saya berbeda dengan pendapat semua pembicara terdahulu.
Para pembicara itu percaya bahwa para pemimpin TNI, termasuk Panglima TNI Jenderal Wiranto, bertanggung jawab langsung atas apa yang sedang terjadi di Timor Timur. Mereka yakin bahwa perilaku milisi dan TNI di lapangan memang direncanakan, didanai, dan diarahkan dari Markas Besar TNI di Cilangkap. Bukti utama yang mereka paparkan adalah fakta-fakta di lapangan setelah Presiden Habibie mengeluarkan pernyataan pada Januari 1999, yang intinya memberikan kesempatan kepada rakyat Timor Timur untuk menentukan masa depan mereka melalui jajak pendapat. Fakta-fakta itu mengungkap hal tentang milisi-milisi yang merajalela-padahal, sebelum 1999, jumlahnya kecil dan tidak memiliki dana atau senjata modern. Para pembicara itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…