Samuel Huntington: "perpecahan Di Indonesia, Kecil Kemungkinannya"

Edisi: 13/29 / Tanggal : 2000-06-04 / Halaman : 35 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


DI Fountain Lounge, Grand Hyatt, Jakarta, Selasa petang pekan lalu, Samuel Huntington muncul menjelang saat minum teh. Profesor dari Universitas Harvard itu tampak segar dalam jas dan celana navy blue yang melapisi kemeja kotak-kotak button down dipadu dengan dasi bernuansa biru.

Lounge hotel bintang lima yang dipenuhi anak-anak muda, artis, dan sejumlah eksekutif dalam dandanan funky dan santai tersebut seakan "menelan" profesor baya yang tampil dalam busana berpotongan konservatif itu. Lalu, di tengah dengung suara-suara rendah yang membicarakan gosip dan bisnis, Samuel Huntington, 73 tahun, menguraikan pikiran-pikirannya tentang konflik peradaban serta perubahan politik global setelah Perang Dingin, sebuah tesis yang dibahasnya panjang lebar dalam buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1996).

Buku ini adalah salah satu upaya para sarjana ilmu hubungan internasional Amerika untuk membuat semacam kartografi politik dunia selepas Perang Dingin. Melalui buku ini, Huntington seakan "melawan" mainstream yang membuatnya dikenal hingga jauh ke luar Amerika: pemikir politik dan ahli politik, menjadi pemerhati soal-soal kebudayaan. Huntington, antara lain, membahas hubungan dan persaingan antara tujuh peradaban besar (Cina, Jepang, Hindu, Islam, Barat, Amerika Latin, dan Afrika) yang akan menentukan keseimbangan dalam politik dunia setelah era Perang Dingin.

Berbagai pemikiran politik Samuel Huntington dapat ditemukan dalam sejumlah buku, seperti The Soldier and the State: the Theory and Politics of Civil-Military Relations (1957), The Common Defense: Strategic Programs in National Politics (1961), Political Order in Changing Societies (1968), American Politics: the Promise of Disharmony (1981), dan The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century (1991). Empat tahun silam, The Clash of Civilizations beredar dan menarik perhatian luas, baik di Amerika maupun di masyarakat internasional.

Hadirnya The Clash-telah diterjemahkan ke dalam dua puluh dua bahasa-tidak sekadar menambah jumlah karyanya, tapi juga menunjukkan perluasan wawasan perhatian Huntington dari politik ke kebudayaan. Mengapa? Buku ini, antara lain, menjelaskan berakhirnya pertentangan ideologi-liberalisme versus komunisme-selepas Perang Dingin. Keseimbangan dalam politik dunia pasca-Perang Dingin akan banyak ditentukan oleh hubungan dan persaingan tujuh peradaban besar. Dengan lain kata, dunia akan diwarnai pertentangan baru: clash of civilizations atau konflik antarperadaban. Tema ini kembali disinggungnya dalam seminar The Struggle for Indonesia yang dilangsungkan di Jakarta,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…