Misteri Penadah Dana Jarahan Bulog
Edisi: 12/29 / Tanggal : 2000-05-28 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Lebang, Tomi , Setiyardi
DARAH para pegawai Badan Urusan Logistik (Bulog) lagi mendidih. Brankas Yayasan Bina Sejahtera (Yanatera)-nama yayasan karyawan Bulog-yang dikumpulkan dari potongan gaji mereka dibobol begitu saja. Nilainya tak tanggung-tanggung: Rp 35 miliar.
Maka, Rabu pekan lalu, mereka melayangkan surat protes. Tanda tangan 200 karyawan tertera di dalamnya. Isinya menghujat dua aktor utama di balik raibnya dana itu: Wakil Kepala Bulog Sapuan dan Ketua Yanatera. Selain itu, mereka mengajukan tuntutan: yayasan harus memberikan pinjaman senilai Rp 50 juta untuk tiap karyawan. "Masa, orang luar boleh meminjam miliaran rupiah, sedangkan kita sendiri kalau mau pinjam susahnya bukan main?" seorang pegawai menggerutu.
Namun, kasus Bulog sebenarnya bukanlah sekadar perkara pinjam-meminjam. Kasus ini menunjukkan betapa tradisi kotor lama yang dibangun Soeharto ternyata masih enggan pergi. Di samping sebagai "lumbung padi", Bulog adalah lembaga dana taktis berisi ratusan miliar, yang uangnya bisa dipakai sewaktu-waktu oleh pemerintah dan oknum-oknumnya. Dana taktis, yang sering disembunyikan di bawah rekening yayasan karyawan, biasa pula disebut sebagai dana nonbujeter. Dana seperti ini tidak masuk dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sehingga sulit dipertanggungjawabkan-dan karena itu, rawan korupsi.
Pengungkapan kasus Bulog dipandang penting untuk melihat anatomi betapa sering oknum pemerintah menggunakan dana itu secara serampangan. Ini juga akan menjadi pelajaran berharga untuk mengembalikan banyak dana taktis di lembaga lain yang jumlahnya triliunan rupiah ke status sebenarnya, yakni sebagai dana publik yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan.
Namun, Presiden Abdurrahman Wahid-lembaganya disangkut-pautkan dengan kasus itu-ataupun aparat hukum tampak tidak tertarik membuat masalah ini menjadi jelas. Sejak skandal memalukan ini terbongkar tiga pekan lalu, tak satu pun langkah tegas diambil untuk mengusutnya secara tuntas.
Hasil penelusuran TEMPO menunjukkan bahwa uang Rp 35 miliar sudah jelas keluar dari yayasan. TEMPO juga memperoleh informasi awal tentang siapa yang menerima uang itu, tapi hanya sebuah audit menyeluruh dan penyidikan aparat hukum yang bisa memastikannya.
Seperti telah diketahui, aib ini bermula pada Februari lalu ketika Sapuan didatangi Suwondo. Tionghoa muslim dan juru pijat Abdurrahman Wahid ini mengaku diutus sang Presiden untuk menyampaikan sebuah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…