Bisnis Senjata Di Jantung Poso

Edisi: 50/35 / Tanggal : 2007-02-11 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Setyarso, Budi, Rulianto, Agung, Muhammad, Darlis


RAZIA besar-besaran itu digelar di Trans Sulawesi, sebuah jalan utama yang melintang di tengah Kota Poso. Polisi menghadang setiap truk, mobil pribadi, bus, sepeda motor yang lewat, lalu menggeledahnya satu per satu. Seratus lebih polisi bersenjata ikut dalam aksi pembersihan senjata tersebut, Rabu malam pekan lalu.

Tim penggeledah berasal dari Detasemen Khusus 88 Antiteror serta Markas Besar Polri. Mereka menyisir perkampungan di Bonesompe dan Lawanga, Kecamatan Poso Kota. Semua rumah, termasuk bangunan kosong, disisir dari atap hingga kakus.

Sepekan sebelumnya, polisi bentrok dengan sejumlah warga Desa Gebangrejo di Poso Kota. Insiden berdarah itu menelan 14 nyawa, termasuk seorang polisi. Maka, razia besar pun digelar. ”Ini untuk mencegah senjata keluar atau masuk Gebangrejo,” kata Kepala Kepolisian Resor Poso Ajun Komisaris Besar Rudi Sufahriadi kepada Tempo.

Gebangrejo dan desa-desa di sekitarnya memang menjadi target operasi. Polisi curiga, wilayah itu menjadi tempat persembunyian buron berbagai kasus kekerasan di Poso. Tanah Runtuh di Gebangrejo—letaknya hanya 100 meter dari Markas Kepolisian Poso—disebut-sebut sebagai jantung pertahanan para buron.

Aparat menduga Tanah Runtuh menjadi tempat mereka mengumpetkan senjata. Setelah bentrokan berdarah pada 22 Januari silam, pihak keamanan menemukan enam senjata pabrikan, 25 senjata rakitan, 3.500 lebih peluru serta rupa-rupa bahan peledak di sana. Pada akhir Januari, polisi mengklaim menyita 12 senjata pabrikan—dikenal sebagai ”senjata organik”—51 senjata rakitan, sebuah granat, dan 4.000 lebih peluru tajam.

Jumlah itu bisa digunakan hampir sekompi pasukan militer atau sekitar 100 orang.

***

Konflik Poso meletus pertama kali pada Natal 1998. Saat itu Roy Runtu Bisalemba, pemuda Kristen dari Pamona, membacok Ridwan Ramboni, anak muda muslim di Masjid Darussalam, Kelurahan Sayo. Penganiayaan itu memicu kemarahan kaum muda muslim. Roy disebut-sebut juga menghina agama mereka. Mereka merusak tempat tinggal Roy serta menyerang toko dan diskotek di Poso. Aksi ini dibalas massa Kristen keesokan harinya. Sejumlah permukiman dirangsek. Tak ada korban jiwa saat itu. Tapi puluhan rumah dan toko hancur.

Kejadian…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…