Bocoran Pricewaterhouse Dan Jejak Sang Menteri

Edisi: 28/28 / Tanggal : 1999-09-19 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Manggut, Wens , Riyanto, Agus S.


SAMPAI Minggu subuh kemarin ini, tepatnya pukul lima pagi, lantai tiga di gedung induk Bank Indonesia masih terang-benderang. Di pelataran, terparkir 18 mobil pejabat teras dan staf BI. Ternyata, tengah digelar rapat mahapenting. Hadir antara lain Gubernur BI Syahril Sabirin, Deputi Senior Anwar Nasution, dan para deputi lainnya. Rapat sudah berjalan 18 jam! Seorang satpam sampai bilang, inilah rapat terlama yang pernah berlangsung di lembaga itu. "Kami gantian tidur di atas," kata Syahril Sabirin kepada TEMPO.

Rapat gawat itu berkaitan, antara lain, dengan hasil audit PricewaterhouseCoopers (PwC) yang sudah kelar dan beredar secara terbatas sejak Rabu pekan lalu. Sebuah tanggapan sedang mereka rancang. Menurut penilaian Syahril, hasil audit itu "terlalu sederhana dan ditemukan banyak kesalahan."

Kantor akuntan publik kenamaan itu sejak 2 September lalu diberi kuasa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)-atas desakan IMF dan Bank Dunia-untuk menginvestigasi skandal Bank Bali yang menghebohkan itu. Dan yang terpenting adalah untuk menelusuri arus transfer "duit jarahan" Rp 546 miliar yang menggerojoki rekening sang makelar, PT Era Giat Prima (EGP) dan pengusaha Joko Soegiarto Tjandra. Apa hasil PwC yang menurunkan 20 orang tim audit dan mewawancarai 100 nama itu? Sekretaris Senior Partner PwC, Frederika Ristanti, menolak memberikan keterangan apa pun soal audit itu.

Tentu saja Gubernur BI kalang-kabut. Isi laporan itu memang gawat. Sumber TEMPO dari sebuah kantor akuntan internasional terkemuka mengungkapkan tingkat kegawatannya. Dari apa yang dibacanya, sejumlah nama menteri dan kalangan dekat Presiden Habibie terbukti menerima cipratan uang haram itu. "Tanri Abeng confirmed," katanya. Bersama Menteri Negara Pendayagunaan BUMN itu, sejumlah petinggi Golkar dan anggota DPR dari Fraksi Beringin juga masuk daftar penerima fulus. Tapi, kepada Leanika Tandjung dari TEMPO, Menteri Tanri membantah. Ia bahkan menuding ada konspirasi yang ingin menjerumuskannya. "Saya takut sekali," katanya menerawang.

Menurut seorang petinggi Golkar yang mendapat info dari kalangan dalam PwC, dokumen itu juga telah menelanjangi keterlibatan semua tokoh penting yang disebut dalam Catatan Penting Rudy Ramli. Selain Tanri, tertera nama-nama beken: Ketua Dewan Pertimbangan Agung Baramuli, Gubernur BI Syahril, Menteri Keuangan Bambang Subianto, Deputi Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Pande Lubis, Wakil Bendahara Golkar Marimutu Manimaren, Setya Novanto, dan banyak lainnya.

Kesimpulannya juga galak. PwC menyatakan telah menemukan banyak indikasi praktek korupsi, penyuapan, dan kebusukan lain. Untuk itu, mereka merekomendasikan suatu investigasi susulan dengan daya jangkau lebih luas, yang meliputi data keuangan di BPPN, BI, bank-bank lain, sampai penelusuran rekening perorangan dan perusahaan yang diduga terlibat.

Bocoran mahapenting itu hampir mengukuhkan satu hal, yakni pencairan tagihan piutang Bank Bali di BPPN senilai Rp 904 miliar itu bermuara pada sebuah tim yang disebut pers sebagai Tim Sukses Habibie. Paling tidak, jika Presiden Habibie tak terbukti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…