Hasyim 'gus Im' Wahid: "gus Dur Tidak Meminta Saya Duduk Di Bppn"
Edisi: 11/29 / Tanggal : 2000-05-21 / Halaman : 38 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
RUANG Rapat Redaksi TEMPO, yang sempit, penuh gelak tawa pada Kamis siang pekan lalu. Tawa itu pecah menyusul banyolan yang dilontarkan seorang tamu bernama Hasyim Wahid, konsultan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang kerap menghadapi debitor bandel. "Kalau saya menjadi pengusaha dan harus membayar utang Rp 50 miliar, bisa jadi saya akan memilih cara lebih murah: menyewa preman untuk mengedor atau mencelurit si penagih utang dengan ongkos Rp 5 miliar saja...," ujarnya.
Dalam urusan memancing gelak tawa, Hasyim Wahid-populer dengan sebutan Gus Im-memang belum selincah abangnya, Presiden Abdurrahman Wahid. Tapi, dalam hal menggiring para debitor nakal ke BPPN, Gus Dur boleh jadi tak mampu menandingi kelihaian adik bungsunya ini. Sejak diangkat menjadi konsultan BPPN, Desember silam, Gus Im mampu menarik nama-nama yang sulit ke BPPN sembari menenteng data perusahaan mereka, di antaranya Tommy Winata, Bambang Trihatmodjo, dan Tommy Soeharto. "Mungkin karena saya sudah lama kenal mereka, sejak 1980-an," ujarnya memberikan alasan.
Namun, kehadiran Hasyim Wahid di lembaga itu memancing pertanyaan orang. Bahkan, ada yang menuding Presiden yang mendudukkan dia di BPPN. Ada lagi tudingan lebih seram. Ia disebut sebagai tokoh "kabinet malam" yang menghubungkan para pengusaha dengan istana dengan sejumlah imbalan.
Ayah tiga anak ini tadinya memang bukan sosok populer. Ia bukan kiai ternama, bukan pengusaha gede, apalagi tokoh politik. Namanya tidak tercantum di lingkaran elite birokrasi. Dalam keluarga, ia juga menyempal dari tradisi keluarga Wahid: masuk pesantren dan menjadi kiai. "Saya ini semacam preman. Dan, yang jelas, lebih sinting dari Gus Dur," ujarnya sembari tergelak.
Cara Hasyim Wahid menanggapi kabar miring, menangani debitor nakal, atau bereaksi terhadap pemberitaan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) di seputar Gus Dur mencerminkan pengalaman bergaul yang luas dalam banyak kalangan, dari dunia "bawah tanah" hingga pengusaha bonafide dan kaum birokrat. Ia bisa menendang meja dan meneriakkan kata-kata kasar, tapi bisa juga bertanya dengan dingin mengapa ia dijuluki tokoh "kabinet malam" dan dicurigai menerima transfer miliaran rupiah dari Yayasan Bulog.
Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini lahir 47 tahun lalu di Jakarta. Pendidikan tinggi ia jalani sepotong-sepotong: setengah semester di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, satu semester di Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. "Aku iki uwonge bosenan, tur gak betah sekolah (saya ini gampang bosan, makanya malas sekolah)," ujarnya dalam aksen Jawa Timuran yang kental. Keluar dari universitas, ia sempat aktif di organisasi, sebelum mulai mencoba bisnis perakitan senjata.
Pria berambut keriting ini dikenal dekat dengan kalangan aktivis mahasiswa. Alhasil, di zaman Soeharto berkuasa, ia kerap diuber aparat intelijen. "Saya punya naluri survival yang agak lebih tinggi di atas rata-rata," ujarnya. Rumor menyebutkan, ia punya semacam "kesaktian" sehingga sulit ditemukan. Tapi, kata Gus Im, "Itu karena aku sering diuber sehingga jadi hafal kerja intel-intel itu," katanya sembari tertawa lebar.
Hasyim Wahid memang mudah tertawa-dan mudah pula naik darah, seperti yang dituturkan orang-orang dekatnya. Dalam bicara, sikapnya blakblakan, mirip Gus Dur. Bahkan, penampilannya pun mirip abangnya-tentu saja sebelum Gus Dur menjadi presiden. Dalam pertemuan di TEMPO, pekan lalu, misalnya, ia mengenakan baju batik yang agak kesempitan dengan warna yang mulai pudar, dipadu celana cokelat. Tangannya memegang segulungan kertas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…