Dari Pigmi Sampai Kathmandu

Edisi: 11/29 / Tanggal : 2000-05-21 / Halaman : 46 / Rubrik : MS / Penulis : Suyono, Seno Joko , ,


DESEMBER tahun lalu, Slamet Abdul Syukur menonton sebuah pertunjukan di Chatelet Theater, Paris, Prancis. Ia terperangah. Pertunjukan ini terdiri atas dua bagian. Pertama, sebuah piano dengan ansambel sebelas orang yang memainkan karya Gyorgi Ligeti, komposer berkebangsaan Yahudi-Hungaria. Komposisi Ligeti hanya menggunakan tiga nada yang semuanya dimainkan solis dan penuh loncatan nada, ritme, turun-naik bak akrobat.

Pertunjukan kedua adalah penampilan rombongan suku Pigmi dari Aka, Afrika. Dua puluh orang dari suku yang disebut-sebut memiliki tubuh terpendek di dunia itu muncul di panggung. Lalu, keluarlah sebuah musik yang instrumennya hanya mulut. Aneka ragam nuansa bunyi dengan memanfaatkan elemen mulut (bibir, gigi, lidah) muncul. Jumlah nada sedikit tapi penuh kompleksitas.

Slamet terhenyak. Ia seolah disuguhkan suatu pembuktian adanya hubungan estetika tersembunyi antara musik peradaban tinggi dan musik suku asli. "Komposisi musik kontemporer dan hutan belukar ternyata banyak persamaannya," tutur Slamet. Apa yang diceritakan Slamet Abdul Syukur pada dasarnya menjadi keyakinan para etnomusikolog, komposer, dan antropolog yang berbagi pengalaman selama empat hari, pekan lalu, dalam Forum…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…