Mencari Jawaban Untuk Mindanao

Edisi: 11/29 / Tanggal : 2000-05-21 / Halaman : 110 / Rubrik : LN / Penulis : Bektiati, Bina , Sepriyossa, Darmawan ,

MINDANAO adalah pertanyaan dengan tanda tanya besar. Drama penyanderaan 21 turis di resor Pulau Sipadan, Malaysia, berlangsung tiga minggu-sejak 23 April 2000-tanpa titik terang. Aksi tentara Filipina menyerang markas Abu Sayyaf di Basilan, pada 3 Mei lalu, untuk membebaskan 15 sandera-yang memakan korban empat orang tewas dan delapan sisanya masih disandera-juga tidak berdampak baik pada perkembangan negosiasi antara pihak pemerintah Filipina dan Abu Sayyaf (TEMPO Edisi 8-14 Mei 2000-Red). Memang, pihak Abu Sayyaf sempat berjanji segera menyebutkan jumlah uang tebusan, Kamis pekan lalu, tapi mereka tetap tidak memberi detail. Agaknya mereka tak percaya pada Robert Aventajado, penasihat Presiden Filipina, Josep Estrada, yang diutus sebagai juru runding.

Sementara itu, kondisi para sandera di Jolo dan Basilan semakin memprihatinkan dunia internasional. Apalagi, kesehatan para sandera-yang terdiri dari warga berbagai negara-sudah sangat buruk: ada yang terkena infeksi saluran kemih, ada pula yang pernah dua kali terkena stroke, dan sejauh ini belum ada titik cerah penyelesaian. Pihak Abu Sayaff, dengan berbagai janji untuk membebaskan sandera yang kesehatannya buruk, belum menampakkan keseriusan dalam melaksanakan pembebasan itu.

Sementara itu, Presiden Estrada tetap bersikukuh menggunakan jalan militer dengan menyerang markas-markas Abu Sayyaf di Basilan dan markas Front Pembebasan Islam Moro (MILF), satu kelompok muslim di Mindanao tengah. Hal itu dilakukan karena Estrada menganggap bahwa kelompok Abu Sayyaf dan MILF tak lebih dari gerombolan kriminal pencari uang tebusan.

Peristiwa penyanderaan itu pada akhirnya memang kembali memicu perlawanan kelompok Islam di Mindanao. Serangan-serangan MILF ke markas-markas tentara di luar…

Keywords: -

---

Foto Terkait