Gerilya Baramuli Dan Kredit Macet Poleko
Edisi: 26/28 / Tanggal : 1999-09-05 / Halaman : 18 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Zulkifli, Arif , Hidayat, Agus , Kurniawan, Rubi
SUARANYA meledak-ledak. Ia boleh dibilang menjadi muara segala isu tingkat tinggi. Hampir semua peristiwa penting yang menyangkut wilayah kepresidenan, yang berputar-putar di sekitar Istana, Bina Graha, dan Patra Kuningan, seolah tak bisa dilepaskan dari sosok kontroversial ini. Skandal Bali-gate, yang melibatkan orang-orang dekat Habibie, bisa ia jelaskan dengan gaya bicara ceplas-ceplos-ia cukup berperan dalam pengembalian duit ratusan miliar rupiah hasil cessie bermasalah ke brankas pemerintah.
Ahmad Arnold Baramuli, 69 tahun, kini Ketua Dewan Pertimbangan Agung dan Penasihat Partai Golkar, seperti siap "pasang badan", sebagai pendukung nomor wahid, untuk mengegolkan peluang Habibie mendatang. Ia siap bertarung dengan siapa pun, apa pun risikonya, jika ada yang coba-coba "mengganggu" junjungannya itu. Loyalitas total Bung Naldi, begitu ia akrab disapa, ia tunjukkan ketika menggagas Kaukus Iramasuka Nusantara, yang sukses meraup kursi "murah" bagi Golkar, khususnya di Sulawesi, dalam pemilu lalu.
Tapi Baramuli adalah juga lelaki yang suka berseloroh. Di hadapan wartawan, di lapangan tenis, atau gedung DPR, tempatnya selama 20 tahun bekerja sebagai wakil rakyat, ia suka mengembangkan senyum. Bicaranya lantang dan terbuka. Tapi Jumat petang pekan lalu, saat ditemui di lapangan tenis Hotel Hilton Jakarta, wajahnya mendadak serius dan sedikit tegang. Intonasi suaranya berubah perlahan, saat disodori secarik informasi gawat: daftar panjang kredit macet kelompok bisnis Poleko, yang dimiliki keluarga Baramuli.
Ia kontan menghentikan permainannya. "Dari mana kau dapat ini?" kata Baramuli serius kepada TEMPO. Dokumen resmi itu menyebutkan bahwa bisnis keluarga Bung Naldi, yang dibangunnya sejak 1973, sampai kini belum menyelesaikan utangnya di Bank Dagang Negara (BDN). Dilihat dari jumlahnya, total sekitar Rp 126 miliar, memang bukan angka yang fantastis. Masih jauh lebih kecil ketimbang sukses Eddy Tansil membobol Rp 1,3 triliun duit Bapindo.
Dalam daftar itu, utang macet Baramuli…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…