Sitor Situmorang: "penandatanganan Manikebu Adalah Tindakan Politik"
Edisi: 26/28 / Tanggal : 1999-09-05 / Halaman : 32 / Rubrik : WAW / Penulis : Arjanto, Dwi , Kleden, Hermien Y.
BUKAN hanya puisi yang bisa dibicarakan dari seorang Sitor Situmorang. Hidupnya yang banyak dilewatkan dalam pengembaraan di luar negeri dan komitmen politiknya yang menyebabkan ia berada dalam posisi berseberangan dengan banyak seniman Indonesia pada awal 1960-an, semua itu merupakan dimensi yang tak dapat diabaikan dari ketokohannya yang penuh warna. Sosoknya menjadi kontroversi yang tak kunjung selesai dalam dunia sastra Indonesia-sepanjang lebih dari 30 tahun terakhir. Dan laki-laki yang tak lama lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-76 itu tetap bergairah untuk menulis, berpikir, dan berdebat, terutama tentang beberapa isu besar yang amat berarti dalam hidupnya: politik, seni, sastra, dan Bung Karno. "Ratusan ribu anak muda tumbuh seiring dengan cita-cita kebangsaan yang dibangun Sukarno. Ia menjadi kiblat dalam masa pertumbuhan saya," ujarnya meletup-letup.
Sitor Situmorang menempati posisi penting dalam sejarah sastra Indonesia-terlebih pada tahun-tahun peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Ia seorang loyalis Sukarno dan anti-Manifes Kebudayaan-dulu sering disingkat sebagai Manikebu. Melalui Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) yang dia pimpin, Sitor menyalurkan dukungannya terhadap pikiran-pikiran politik dan kebudayaan Bung Karno. Ketika gerakan Manifes Kebudayaan diberangus, begitu juga saat Mochtar Lubis dipenjarakan di bawah rezim Orde Lama Bung Karno (1964), Sitor tidak bersuara-sebuah sikap yang kemudian "digugat" para seniman pada masa awal Orde Baru.
Dan Sitor dipenjarakan oleh rezim Orde Baru selama delapan tahun. Dari beberapa seniman yang dijebloskan ke tahanan tanpa penyidikan dan pengadilan, memang, yang mencuat namanya hanya dua: Sitor dan Pramoedya Ananta Toer. Pada 1 Januari 1974, penyair ini dibolehkan meninggalkan Penjara Salemba, Jakarta. Ia kembali ke alam bebas. Namun, status tahanan politik telah merampas sejumlah kesempatan dalam hidupnya. Miskin dan menganggur, Sitor hidup dari sumbangan teman-teman dan keluarganya. "Saya menerima penjara sebagai risiko orang berpolitik," ujar ayah tujuh anak yang tampak segar di usia senja itu. Politik adalah dunia yang membuatnya tertantang, tapi seni dan sastralah yang menjadikan namanya terkenal.
Puisi-puisi Sitor-halus, reflektif, dan acap kali mengandung daya magis-sangat berbeda dari puisi Chairil Anwar dan penyair Angkatan '45 yang mendahuluinya. Sajak-sajaknya, terutama dalam Surat Kertas Hijau (1953), benar-benar mewakili sosok kepenyairan Sitor yang banyak dikagumi orang pada 1950-an. Bersama puisi dari dua antologinya yang terbit kemudian (Dalam Sajak, Wajah Tak Bernama, 1955), Sitor mengabadikan dunia yang dekat dengan alam dan sarat dengan kedalaman perasaan. Kekuatan puisinya memang terletak di sana. Ketika sang penyair mulai berkenalan dengan politik, puisi-puisinya masa itu menampilkan pengalaman "di permukaan" yang belum terkristalisasi dengan baik. Satu-satunya kumpulan sajak Sitor dari masa bergolak Orde Lama berjudul Zaman Baru, yang terbit pada 1962. Pada 1977, tiga tahun setelah keluar dari penjara terbit Peta Perjalanan yang kemudian disusul buku berjudul Angin Danau (1982). Buku kumpulan cerita pendeknya ada dua yakni Pertempuran dan Salju di Paris (1956) dan Pangeran (1963), selain itu ada sebuah drama, berjudul Jalan Mutiara.
Sitor Situmorang lahir di Harianboho, Pulau Samosir, Sumatra Utara, pada 2 Oktober 1923. Setelah menamatkan MULO di Tarutung, ia melanjutkan ke AMS di Jakarta, tapi tidak selesai. Pada 1948 ia berangkat ke Yogyakarta dan sempat ditawan Belanda dalam Aksi Militer II. Dua tahun kemudian ia melawat ke Belanda dan dilanjutkan ke Prancis. Di sana, ia bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris hingga 1953. Antara 1956-1957, ia belajar film dan drama di Los Angeles, AS. Setelah itu, ia kembali ke Tanah Air dan melanjutkan aktifitasnya di bidang sastra dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…