Putu Oka Sukanta: "masa Penahanan Politik Adalah Pembodohan Intelektual"
Edisi: 26/28 / Tanggal : 1999-09-05 / Halaman : 45 / Rubrik : LAY / Penulis : Ismail, Mustafa , ,
PUTU Oka Sukanta lahir kembali, setelah "mati" berkali-kali. Seperti yang dialami korban penangkapan G30S lainnya, kekejaman selama penahanan itu kemudian melahirkan sebuah sosok baru yang tangguh, meski penuh trauma yang sungguh dalam. Yang membedakannya dengan tahanan politik (tapol) lain, laki-laki kelahiran Singaraja, Bali, 60 tahun lalu, itu adalah seorang penulis, sehingga Oka bisa menuliskan kepahitan sejarah dalam bentuk novel dan puisi.
Putu Oka sudah terjun ke dunia sastra sejak muda dan kerap menulis di Minggu Pagi, Basis, Merdeka, Zaman Baru, HR Minggu, Bintang Timur, Pesat, dan lainnya. Novel Merajut Harkat, yang diluncurkan awal bulan ini di Galeri Cemara, menunjukkan bahwa Putu Oka masih setia untuk berekspresi melalui kata-kata. Meski novel sepanjang 590 halaman itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…