Wawancara Jose T. Almonte: "militer Harus Mempertahankan Status Quo"

Edisi: 08/29 / Tanggal : 2000-04-30 / Halaman : 36 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


SEORANG pria dalam setelan jas berwarna navy blue muncul di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, dua pekan silam. Ia berbicara dalam diskusi terbatas tentang demokrasi, hubungan sipil militer, dan kebebasan pers. Dengan bahasa Inggris beraksen Spanyol yang kental, ia melayani pertanyaan sejumlah anak muda dengan sabar. Terkadang, matanya berkaca-kaca tatkala menuturkan prahara politik yang pernah melanda negerinya. Pria ini, Jose T. Almonte, 69 tahun, lebih mirip eksekutif perusahaan raksasa ketimbang orang yang pernah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya untuk urusan militer Filipina.

Salah satu tahap terpenting dalam karir militer Almonte adalah menjadi "duta" berbagai pihak yang sama-sama menyimpan dendam politik. Ia mendekatkan hubungan sipil-militer, yang mendidih di bawah kekuasaan Marcos, sepanjang dan selepas Revolusi 1986 di Filipina. Revolusi dengan tulang punggung people power (gerakan rakyat) serta dukungan militer itu mampu meruntuhkan riwayat kediktatoran yang melilit negeri itu selama lebih dari dua dasawarsa. Marcos tumbang dan mati di pengasingan. Adapun Cory, nyonya rumah yang pemalu, harus menepis segala kegamangannya dan menerima talam kekuasaan yang dihaturkan rakyat Filipina.

Sementara itu, Cory punya sejumlah kesulitan sendiri. Bukan rahasia lagi, luka-luka masa lalu membuatnya tak pernah mampu membalas dukungan militer secara sepadan. Alhasil, selama pemerintahannya, terjadi tujuh kali percobaan kudeta. Kuat dugaan, Kolonel Gregorio "Gringo" Honasan, tokoh RAM (The Reform Armed Forces Movement, gerakan pembaruan militer Filipina), menjadi dalang usaha menjungkirkan Cory. Gringo memang panas hati karena Cory jelas-jelas berseteru dengan bosnya, Juan Ponce Enrile (Menteri Pertahanan Filipina 1970-1987).

Naiknya Cory ke panggung politik memang diiringi konflik internal yang marak. Timbul faksi dalam tubuh militer, dipimpin Juan Ponce Enrile. Faksi ini menempatkan diri sebagai pihak yang beroposisi dan mbalelo secara konsisten. "Saya akan terus menentang Cory. Jika mereka (pihak Cory) tak dapat menerima, saya akan memeranginya," ujarnya suatu ketika. Bekas anggota Senat itu juga berambisi menjadi presiden. Niatnya dikandaskan oleh seorang jenderal lain: Fidel Ramos, yang menerima tongkat estafet dari tangan Cory pada 1992.

Sebaliknya, Cory mendukung Ramos. Mengapa? Mulai berkarir di era Marcos, Ramos, yang masih terpaut keluarga dengan Marcos, tumbuh sebagai militer profesional yang independen. Latar belakang itu membuat presiden wanita ini lebih mudah menerima dan mendukung Ramos ketimbang tokoh militer lain. Di tengah dinamika konflik tersebut, Almonte memainkan peran penghubung di belakang layar dengan piawai.

Brigadir jenderal (purnawirawan) kelahiran Estancia, Albay, ini memang mudah diterima pihak yang bertikai: Cory-kubu Enrile-Ramos. Salah satu misi tersulit: mendudukkan ketiga orang ini dalam meja perundingan yang sama. Ia juga dekat dengan Kardinal Sin, sang dewa spiritual yang restunya dibutuhkan setiap kontestan politik. Bekas penasihat presiden Ramos ini juga memainkan peran berarti dalam percobaan kudeta sebelum Februari 1986. Kudeta itu gagal tapi mampu menjadi katalisator yang membangunkan gerakan rakyat. Lebih-lebih, setelah Almonte berhasil melobi Sin, Cory, dan Ramos untuk mendukung gerakan rakyat-yang berhasil mengubah sejarah Filipina. Tokoh RAM ini pula yang diutus ke Swiss pada 1986 untuk mengorek informasi kekayaan Marcos. Dan ia berhasil membawa pulang sebagian kecil dari "dana abadi" tersebut.

Almonte memang "laris" dalam tiga periode presiden. Marcos (1965-1986) menunjuknya sebagai asisten sekretaris eksekutif presiden-sebelum mencopot semua…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…