Kesaksian Para Pendukung Megawati

Edisi: 21/28 / Tanggal : 1999-08-01 / Halaman : 46 / Rubrik : INVT / Penulis : Pareanom, Yusi A.


SOESILO MUSLIM
(Wakil Komandan Satgas PDI Megawati, 69 tahun)

SAAT itu saya bertugas sebagai komandan lapangan untuk mempertahankan kantor DPP PDI. Yang menunjuk saya, ya, Ibu Megawati sendiri. Jadi, yang berhak memberikan perintah kepada saya adalah Ibu Megawati. Kami memang mendengar isu bahwa Kantor DPP PDI akan diserbu. Karena itu, kami sudah menyiapkan diri. Penjagaan kami buat menjadi tiga shift. Saya memimpin shift malam. Nah, karena tragedi 27 Juli itu mulai terjadi pada pukul enam pagi, dan kebetulan Pak Drajat (pemimpin shift pagi) belum datang, sayalah yang menjadi komandan di lapangan.

Saya sendiri membawa 40 orang pasukan Wirapati dari Ponorogo. Mereka adalah orang-orang yang berani mati untuk mempertahankan kantor DPP PDI. Secara pribadi, memang ada beberapa orang yang membawa golok. Saya tidak memungkiri hal itu.

Penyerbu mulai melempari kami pada pukul enam pagi. Jumlah penyerbu ratusan orang. Meskipun mereka memakai kaus merah, saya yakin mereka adalah aparat. Badan mereka kekar dan rambutnya cepak. Senjata mereka lengkap: dari batu, pentungan, sampai senjata api yang dilengkapi dengan bayonet di ujungnya.

Saya sempat berunding sekitar 30 menit setelah kami dilempari. Saya berhadapan dengan pihak penyerbu yang diwakili oleh Dandim Jakarta Pusat Letkol Zulkifli dan Kapolres Jakarta Pusat Letkol Abu Bakar. Mereka meminta agar semua orang yang ada di Kantor DPP PDI segera keluar, dan kantor diserahkan kepada mereka. Tentu saja saya menolak.

Saya lalu menelepon Ibu Megawati lewat telepon umum di pojok depan, yang lupa mereka matikan. Ketika itu, sekitar pukul 08.15 WIB, saya laporkan bahwa Kantor DPP PDI diserang dan sudah banyak korban yang jatuh. Saya juga laporkan bahwa saya sudah melakukan negosiasi dengan Dandim dan Kapolres Jakarta Pusat. Setelah mendengar bahwa permintaan penyerbu adalah penyerahan kantor, Ibu Megawati lalu memberikan perintah, "Pak Moeslim, Bapak tetap di tempat dan jangan melakukan apa-apa!"

Setelah itu, kami tetap bertahan. Namun, semua aparat keamanan sudah ikut terlibat menyerang kami. Saya melihat polisi-polisi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.