Komando Bisnis Roesmanhadi
Edisi: 01/29 / Tanggal : 2000-03-12 / Halaman : 24 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Dharmasaputra, Karaniya , Budiyarso, Edy , Manggut, Wenseslaus
JUMAT malam itu Jenderal Roesmanhadi sedang meriang. Entah ada hubungannya entah tidak, mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ini memang lagi terserang semacam "virus gawat". Maklum, tiga hari sebelumnya sepucuk surat Inspektorat Jenderal Departemen Pertahanan-tentang Kesimpulan Sementara Pemeriksaan Khusus Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia-bocor ke media. Isinya bisa-bisa membuat jenderal berbintang empat itu lebih dari sekadar meriang. Jika terbukti benar, penjara sudah menantinya.
Menurut dokumen itu, Roesman berkomplot dengan sejumlah petinggi Polri lainnya-antara lain mantan Asisten Perencanaan Mayjen Adang Daradjatun (kini Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat) dan Kepala Dinas Keuangan Brigjen Darmadji S.W. Kesimpulan dua jenderal, dua perwira menengah polisi, dan sejumlah sumber lainnya yang dihubungi TEMPO pun mengarah ke keterlibatan Roesmanhadi.
Adapun pengusaha yang telak-telak disebut keterlibatannya adalah Jimmy Widjaya. Anak sulung dari istri kedua taipan Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaya ini memang telah lama malang-melintang di Trunojoyo, Markas Besar (Mabes) Polri. Melalui PT Citra Permatasakti Persada-kemudian berganti kulit menjadi PT Prima Nusa Sentosa Raya-Jimmy menguasai proyek komputerisasi surat izin mengemudi (SIM) sejak zaman Kapolri Jenderal Koenarto pada 1992. Untuk membenamkan taring perusahaannya di Mabes Polri, dengan lihai ia menggandeng sejumlah nama "besar" semacam putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana, mantan Kapolri Jenderal Dibyo Widodo, dan juga putra Roesmanhadi, Rudy Bratanusa.
Dengan kesepakatan bagi hasil yang amat jomplang, jelas Jimmy tinggal ongkang-ongkang kaki. Dari biaya pembuatan SIM Rp 52.500, PT Prima mengantongi porsi terbesar: Rp 29 ribu, sedangkan Mabes cuma Rp 17 ribu. Selebihnya untuk biaya lain-lain. Itu di luar biaya pulsa telepon dan listrik, yang anehnya malah dibebankan sepenuhnya ke brankas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…